Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng | Sengkuni, Antara Cinta dan Dendam

18 September 2017   12:47 Diperbarui: 18 September 2017   13:35 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi : awas ada bantak sengkuni / sianeindriani.wordpress.com

Dewi Gandari yang kebetulan melintas di samping taman istana, menghentikan langkah. Ia yakin telah terjadi sesuatu pada diri adik kesayangannya itu, Tri Gantalpati. Sebab tidak biasanya adik lelakinya itu berlaku demikian. Menyendiri di taman dengan pandang mata sayu.

Setelah didesak, akhirnya Tri Gantalpati mengaku.

"Semalam aku bermimpi bertemu seseorang, Yunda," ia bercerita malu-malu.

"Seorang gadis?" Dewi Gandari menegaskan. Tri Gantalpati mengangguk.

"Ia sangat cantik, Yunda. Mengaku bernama Dewi Kunti."

Dewi Gandari terhenyak. Lalu tangannya yang lembut menyentuh pundak adik kesayangannya itu. 

"Adinda Tri Gantalpati, Yunda tidak tahu mengapa dikau sampai bermimpi bertemu dia. Sebab...Dewi Kunti itu ada. Nyata. Dia putri seorang raja dari Negeri Mandura."

Ganti Tri Gantalpati yang terkejut.

"Bagaimana mungkin aku memimpikan seseorang yang sama sekali belum kukenal, Yunda?" ia menatap gugup Dewi Gandari. Tiba-tiba saja pemuda itu merasakan degup aneh pada dadanya sebelah kiri. Degup tidak beraturan, yang begitu sulit ditenangkan.

"Yunda, kukira aku telah jatuh cinta---pada gadis bernama Dewi Kunti itu," Tri Gantalpati bergumam tanpa sadar. Dewi Gandari, sang kakak mengangguk, paham. Direngkuhnya pundak ringkih Tri Gantalpati, lalu dibisikkannya sesuatu, "Adindaku, dikau pasti bisa meraih cintamu, memboyong pujaan hatimu ke istana ini karena kebetulan Raja Surasena, Ayahanda Dewi Kunti sedang mengadakan sayembara."

Hari itu juga, tanpa menunda-nunda waktu Tri Gantalpati berangkat menuju negeri Mandura ditemani oleh kakaknya, Dewi Gandari.

Sepanjang perjalanan pemuda itu tidak henti berpikir, melamunkan sosok rupawan Dewi Kunti. Dalam hati ia sempat meyakini, pertemuan dalam mimpi adalah wangsit dari Sang Dewata Agung. Bisa jadi Dewi Kunti adalah jodoh yang memang dipersiapkan untuknya.

Duh, jatuh cinta itu---ternyata begini, rasanya seperti ini. Sangat indah. Tri Gantalpati tersenyum sendiri. Sesekali ia menatap lengkung langit. Sederet awan, putih, dalam  paningalnya  mendadak berubah wujud. Beralih rupa menjadi paras elok Dewi Kunti.  

"Tunggu aku Dewi, aku pasti akan memenangkan sayembara itu. Akan kuboyong Dinda ke istana Gandaradesa," Tri Gantalpati bicara sendiri. Kuda hitam yang ditungganginya meringkik pelan, seolah mengamini kata-kata tuannya.

Ketika penjaga gerbang kerajaan Mandura mencegatnya, dengan senyum sumringah Tri Gantalpati berseru, " Izinkan aku masuk! Aku salah satu pengikut sayembara Raja Surasena."

Penjaga gerbang mengernyit alis. Menatap heran ke arah pemuda kurus ceking itu. "Kau terlambat datang anak muda. Sayembara baru saja bubar."

Mendengar penjelasan demikian tubuh Tri Gantalpati melunglai, pandangannya nanar tertuju pada arena panggung yang memang terlihat sudah sepi.

"Siapa---pemenang yang berhasil memboyong Dewi Kunti?" ia bertanya dengan suara tersendat. Hatinya dirundung kecewa amat sangat.

"Pandu. Dari Hastinapura," penjaga gerbang menjawab singkat.

Tri Gantalpati gegas melompat, menghentak tali kekang dan menendang perut kuda yang ditungganginya keras-keras. Ia tidak peduli pada ringkik kesakitan sang kuda. Ia hanya ingin agar hewan berkaki empat itu berlari sekencang-kencangnya mengejar kereta Pandu yang di dalamnya duduk dengan anggun Dewi Kunti sang pujaan hati.

Dewi Gandari, sang kakak, setia mengikuti dari belakang meski lari kudanya tertinggal cukup jauh.

Napas Tri Gantalpati terengah. Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Begitu kereta Pandu mulai terlihat, darah mudanya muntab, menggelegak. Ia kembali menendang perut kuda tanpa ampun. Kuda yang sudah kelelahan itu terpaksa berlari kencang dan berhenti secara mendadak nyaris menyeruduk pintu belakang kereta Pandu.

Suara ringkik riuh, membuat Dewi Kunti menyibak tirai jendela kereta. Tri Gantalpati melihatnya. Wajah ayu nan lembut itu, yang sempat hadir dalam mimpinya---pemuda itu terkesiap.

"Dinda Dewi..." bibir Tri Gantalpati bergetar. Ia hampir saja terjatuh dari punggung kuda. Ia begitu gugup. Hatinya dipenuhi oleh perasaan cinta yang menggebu. Ia tidak peduli meski Dewi Kunti tidak sendiri lagi. Tri Gantalpati tetap bertekad  akan dan  harus  merebut Dewi Kunti dari tangan Pandu.

Dihentikannya dengan paksa kereta yang tengah melaju. Lalu ditantangnya Pandu, pewaris Hastinapura itu untuk berperang. Cinta buta dipenuhi ambisi membuat pemuda itu hilang akal sehat. Ia bahkan rela menyerahkan kakaknya, Dewi Gandari, jika sekiranya Pandu berhasil memenangkan peperangan.

Pada akhir kisah Tri Gantalpati harus menanggung rasa malu dan kecewa. Takdir baik ternyata tidak berpihak padanya. Dalam pertempuran yang dirancangnya sendiri, Pandu berhasil keluar sebagai pemenang. Pupus sudah impian Tri Gatalpati untuk bisa bersanding dengan perempuan impiannya. 

Hati pemuda itu sangat sedih dan terluka. Cinta yang semula indah, menggebu, berubah drastis menjadi dendam. Dendam membara yang seumur hidup tak jua kunjung padam.

Kelak seiring dengan berjalannya waktu, Tri Gantalpati yang patah hati merubah nama menjadi Sengkuni---nama yang begitu melegenda dengan seribu satu macam intrik dan kelicikan.

***

Malang, 18 September 2017

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun