Suara ringkik riuh, membuat Dewi Kunti menyibak tirai jendela kereta. Tri Gantalpati melihatnya. Wajah ayu nan lembut itu, yang sempat hadir dalam mimpinya---pemuda itu terkesiap.
"Dinda Dewi..." bibir Tri Gantalpati bergetar. Ia hampir saja terjatuh dari punggung kuda. Ia begitu gugup. Hatinya dipenuhi oleh perasaan cinta yang menggebu. Ia tidak peduli meski Dewi Kunti tidak sendiri lagi. Tri Gantalpati tetap bertekad akan dan harus  merebut Dewi Kunti dari tangan Pandu.
Dihentikannya dengan paksa kereta yang tengah melaju. Lalu ditantangnya Pandu, pewaris Hastinapura itu untuk berperang. Cinta buta dipenuhi ambisi membuat pemuda itu hilang akal sehat. Ia bahkan rela menyerahkan kakaknya, Dewi Gandari, jika sekiranya Pandu berhasil memenangkan peperangan.
Pada akhir kisah Tri Gantalpati harus menanggung rasa malu dan kecewa. Takdir baik ternyata tidak berpihak padanya. Dalam pertempuran yang dirancangnya sendiri, Pandu berhasil keluar sebagai pemenang. Pupus sudah impian Tri Gatalpati untuk bisa bersanding dengan perempuan impiannya.Â
Hati pemuda itu sangat sedih dan terluka. Cinta yang semula indah, menggebu, berubah drastis menjadi dendam. Dendam membara yang seumur hidup tak jua kunjung padam.
Kelak seiring dengan berjalannya waktu, Tri Gantalpati yang patah hati merubah nama menjadi Sengkuni---nama yang begitu melegenda dengan seribu satu macam intrik dan kelicikan.
***
Malang, 18 September 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H