"Karen sayang, sepertinya aku tak lama lagi akan mengalami--- kebotakan."
***
Hampir semalaman Jeremy tidak bisa tidur. Ia membayangkan esok pagi kepalanya gundul, plontos mengkilap tanpa rambut sehelai pun. Ia bergidik. Botak? Oh, tidak! Semua orang pasti akan membicarakan dan menertawakannya.
Tidak kuasa menahan gundah, Jeremy membangunkan Karen yang masih tertidur pulas di sampingnya.
"Karen, bangunlah! Apakah kau akan tetap mencintaiku seandainya aku menjadi pria berkepala botak?"
Karen yang masih mengantuk menggeliat sebentar. "Tentu, honey. Bagaimanapun keadaanmu, aku akan tetap mencintaimu."
Jeremy sedikit tenang. Tapi kemudian ia gelisah lagi. Ia tidak begitu yakin dengan kata-kata Karen barusan. Sekali lagi ia menggamit lengan istrinya itu.
"Katakan dengan jujur, Karen. Apa kau akan tetap mencintaiku? Mencintai pria berkepala botak, licin dan, oh...aku pasti akan terlihat sangat buruk sekali!"
"Kukira tidak, sayang. Kau pria paling tampan yang pernah kutemui di sepanjang hidupku. Aku tidak peduli kau botak atau tidak, memiliki rambut atau tidak. Bagiku kau tetap Jeremy yang tampan. Kau tidak mempercayai kata-kataku, honey? Bercerminlah." Karen memiringkan tubuhnya ke kiri sembari memeluk guling.
Mendengar kata-kata Karen, Jeremy bergegas bangun. Ia turun dari ranjang dan berjalan wira-wiri ke ke seluruh ruangan, naik turun tangga mencari keberadaan cermin.
Jeremy tidak menyadari, tiba-tiba saja Catoptrophobia yang selama ini diidapnya---hilang.