Yu Jum seketika menghentikan tawanya. Perempuan kurus berkulit hitam kecoklatan itu tercenung.
"Wah, sudah gawat itu, Mbok. Harus segera diambil tindakan. Ayolah, lamar saja putri Akuwu itu. Daripada nanti anakmu gering."
***
Menunggu kepulangan Simbok dari sawah, membuat mata Jaka Kendil terkantuk-kantuk. Apalagi sejak ia ngambek tidak mau makan, Simbok jadi jarang menanak nasi. Alhasil, ia harus repot-repot mbenem ubi ke dalam abu tungku yang masih menyala.
Derit pintu membuatnya turun dari ambin. Dilihatnya Simbok sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah sumringah.
"Tole, sore ini juga, Simbok akan melamar putri Akuwu sesuai dengan keinginanmu," Simbok berkata dengan riang. Jaka Kendil terperangah. Ia sedikit kaget. "Sudah jangan melongo begitu. Ayo segera berbenah," Simbok menepuk pundak Jaka Kendil perlahan. Tentu saja hati anakmas Jaka Kendil teramat girang. Tanpa menunggu perintah dua kali, ia bergegas menukar pakaian.
***
Akuwu memiliki tiga orang putri. Ketiganya cantik-cantik. Tapi Simbok tidak tahu putri yang mana yang diinginkan Jaka Kendil.
Keluarga Akuwu menyambut kedatangan tamu tak diundang itu dengan terheran-heran. Apalagi kalau bukan karena penampilan Simbok dan Jaka Kendil. Simbok terlihat begitu ndesodan miskin. Demikian juga Jaka Kendil, ia amat bogel, perutnya jemblung semirip tempayan yang biasa dipakai oleh Ibu-ibu untuk menyimpan air. Wajahnya jauh dari kata tampan. Mulutnya lebar. Hidungnya ambles.
Namun begitu keluarga Akuwu tidak kuasa mengusir mereka. Keluarga terpandang itu tetap menerima Simbok dan anaknya secara baik-baik. Bahkan ketiga putri cantik diminta untuk bertemu muka dengan Jaka Kendil. Meski apa yang dilakukan Akuwu itu hanya sekadar basa-basi. Sebab sang Akuwu tahu, ketiga putrinya tidak bakal ada yang mau menerima pinangan pemuda buruk rupa itu.
Siapa juga yang sudi menikah dengan lelaki bogel, jelek dan dekil seperti itu? Tidak. Akuwu sendiri tidak akan rela melepaskan salah satu putrinya dipersunting oleh orang yang sungguh jauh dari impiannya.