Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kucing Belang Telon

27 Agustus 2017   14:24 Diperbarui: 28 Agustus 2017   23:29 2141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : three colour cat camousflages itself againtst ground |flickr.com

Rokimin melempar karung berisi kucing belang telon itu begitu saja di dekat tong sampah di pojok pasar. Suasana pasar sedang sepi. Jadi tidak ada seorang pun yang melihat perbuatannya.

Rokimin merasa lega. Ia kembali pulang sambil bersenandung. Ia sudah memikirkan jawaban jitu andai Ayah dan Ibunya nanti menanyakan keberadaan kucing kesayangan mereka.

Bocah itu mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Ia ingin segera sampai di rumah dan leyeh-leyeh di atas ambin menikmati kemerdekaannya. Merdeka sebagai anak tunggal.

Tapi malang tak dapat ditolak. Di pertigaan jalan, di mana Ayahnya sering mangkal menunggu penumpang, Rokimin terjatuh. Ia terpental ke tengah jalan raya dan tubuhnya disambut oleh sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Rokimin tak mampu menghindar. Tubuhnya tertabrak. Remuk. Ia menghembuskan napas terakhir saat itu juga.

Sementara kucing belang telon bergerak-gerak panik berusaha melepaskan diri dari dalam karung. Ia mengeong-ngeong tiada henti. Duraji yang siang itu tengah menurunkan penumpang di dekat pintu gerbang pasar, telinganya sempat mendengar eongan seekor kucing. Hati Duraji berdegup. Sontak laki-laki itu menuju pojok pasar untuk memastikan pendengarannya. Dan ia sangat terkejut saat menemukan kucing belang telon miliknya terperangkap di dalam karung.

Duraji membebaskan kucing kesayangan itu kemudian membopongnya dengan hati-hati. Dielusnya kucing itu dengan penuh kasih sayang untuk kemudian bergegas membawanya pulang.

Di pintu pagar langkah Duraji terhenti. Banyak orang berkerumun. Hati lelaki itu merasa tidak enak. Apalagi saat mendengar suara tangis Rusmini meraung-raung sangat memilukan.

Duraji menyeruak kerumunan orang-orang itu untuk melihat apa yang telah terjadi. Kucing dalam gendongannya terlepas. Hewan itu berlari mendahului Duraji masuk ke dalam rumah.

Kucing belang telon itu mendekati jasad Rokimin yang terbujur kaku. Di samping jasad sang bocah, hewan itu menyeringai seraya bergumam, "Nak, kamu adalah korban kesekian dari beberapa orang yang tidak suka padaku."

***

Malang, 27 Agustus 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun