***
Pagi itu tampak sepasang manula berjalan bergandengan menyusuri kebun yang terhampar luas di sepanjang tepi pedesaan. Matahari mulai mengintip dari balik bukit. Beberapa anak burung mencicit di sarang mengucapkan selamat pagi pada induk mereka yang terbang wira-wiri mengantar makanan.
"Kau lihat mereka, honey? Seluruh alam bersuka cita menyambut kita," Ellen berkata kepada suaminya. Tuan Gerson tidak menyahut. Entah mengapa ia seperti kehilangan perasaan.
"Mungkin kau merindukan suara gemericik air sungai, honey? Aku bisa mengantarmu ke sana---itupun kalau engkau mau," Ellen masih mempererat tautan jemarinya. Tuan Gerson menggeleng.
Mereka berhenti di sebuah bangku yang terdapat di tepi kebun. Tuan Gerson duduk di samping istrinya dengan wajah memberengut.
"Aku tak suka hatiku bergeser ke kanan Ellen. Sungguh, ini terasa aneh sekali. Aku jadi melihat sesuatu seolah-olah berlawanan, terbalik," Tuan Gerson mengeluh.
"Tidak apa-apa, honey. Kukira kau hanya sedang merasa jenuh. Hidupmu selama ini baik-baik saja. Kau membutuhkan suasana yang berbeda. Bagaimana kalau kita meninggalkan pedesaan sejenak?" Ellen meragkul pundak suaminya.
"Maksudmu kita ke kota?"
Ellen mengangguk.
"Ide yang bagus, Ellen. Siapa tahu jalan-jalan ke kota bisa membuat hatiku yang bergeser ini balik lagi ke posisi semula," Tuan Gerson setuju.
***