Jack mengamati benda kecil itu. Oh, ternyata sebutir biji kacang! Jack membuang muka, pura-pura tidak melihatnya.
Tapi sebutir biji kacang itu tak mau menjauh darinya.
"Huss...husss, Â pergilah!" ia mendorong biji kacang itu dengan ujung jempol kakinya.
"Ambil saja, Jack!" sebuah suara mengejutkannya. Jack menelengkan kepala. Mencari asal suara itu. Tidak ada siapa-siapa. Hanya ada Molly yang asyik mengunyah rumput.
Jack tidak ingin berpikiran bahwa suara yang baru didengarnya itu adalah suara Molly . Sebab ia tahu, sapi hanya bisa mengucapkan satu kata saja. Moo. Ya, moo---itu saja.
"Jack, ambil saja. Tidak usah ragu!" suara itu terdengar lagi. Kali ini Jack berpikir, jangan-jangan biji kacang itu yang bicara padanya. Ah, tapi mana mungkin? Â Menurutnya, biji-bijian tidak boleh pintar bicara. Nanti kalau mereka pintar bicara, mereka pasti akan sering bertengkar, beradu mulut dengan Ibu-ibu yang hendak memasaknya.
Jack segera menepis pikiran konyol itu.
"Aku yang bicara padamu, Jack. Jangan bingung begitu. "
Jack ternganga. Ternyata benar! Biji kacang itulah yang mengajaknya bicara. Jack menelan ludah.
"Aku berharap ini hanya imajinasiku saja," Jack berdiri. Ia siap menghampiri Molly.
"Kau yakin tidak akan membawaku serta, Jack?" biji kacang itu menggelinding lagi, mengejarnya. Jack tertegun. Tapi kemudian ia memilih mengalah. Ia tidak mau berdebat. Apalagi berdebat dengan sebutir biji kacang.