"Kukira menutup mata dan telinga adalah pilihan terbaik," Kakakku menyerah karena tak bisa menghentikan gerakan tanganku. Ia meraih earsetyang tergeletak di atas meja lalu menyumpalkan benda kecil itu pada kedua lubang telinganya.
Sudah berapa kekasih yang kau miliki? Dua? Tiga?
Oh, Dewi, tak satu kekasih pun yang aku punya!
Dengkur Kak Siska mulai terdengar, naik turun. Kukira itu lebih baik. Dengan begitu aku bebas melanjutkan menulis kisah Drupadi, dewi pewayangan yang sangat kukagumi, tanpa harus mendengar lagi kebawelannya.
Drupadi t'lah menyatu denganku, menitis padaku.
Dengkur Kakakku semakin keras. Ah, kalau saja kami memiliki kamar sendiri-sendiri....
Drupadi--- Â jika tidak menyukai sesuatu, ia tidak akan berlama-lama membiarkannya. Kau paham maksudku?
Tik-tak...tik-tak.
Jam di dinding terus berdetak.
Perempuan ayu, menawan, menjadi rebutan, dipertaruhkan oleh para ksatria, memiliki  lima suami. Oh, adakah yang lebih menakjubkan dari kisah Dewi Drupadi  ini?
Kakakku menggeliat. Entah apa yang tengah dimimpikannya. Mungkin---ia sedang menikmati mimpi indah bersama kekasihnya yang tampan itu. Bah!