"Maafkan aku Ibunda Ratu. Sebenarnya aku ingin sekali kebiasaan bersin ini hilang. Tapi bagaimana caranya?" Putri Bersinida bicara dengan nada sedih. Permaisuri sangat kasihan melihatnya.
Sampai tiba waktunya sang putri harus menikah, kebiasaan bersin itu tak kunjung hilang. Rakyat sudah merasa bosan nyaris setiap hari disuguhi hujan dan banjir.
Berita tentang penyakit aneh yang diderita Putri Bersinida ini sampai ke telinga seorang Pangeran dari negeri tetangga. Pangeran bernama Azman itu memberanikan diri melamar sang putri.
"Saya bersedia menikah dengan Putri Baginda," ujar pangeran saat menghadap Baginda Raja.
"Dengan menanggung segala resikonya?" Baginda Raja menatap tajam ke arah Pangeran gagah itu. Berusaha memastikan.
"Dengan menanggung segala resikonya," Pangeran Azman mengulang dengan tegas.
Sesungguhnya Pangeran Azman berani mengambil resiko menikahi Putri Bersinida bukan tanpa alasan.
"Hamba tinggal di negeri yang gersang. Negeri yang jarang disinggahi hujan. Menikah dengan Tuan Putri merupakan berkah bagi hamba..." Pangeran Azman menjelaskan sembari tersenyum.
Mendengar itu Baginda Raja dan Permaisuri merasa sangat gembira dan bersyukur. Akhirnya mereka menemukan juga calon suami yang tepat untuk putri kesayangan mereka.
Usai perhelatan pesta pernikahan, Putri Bersinida segera diboyong ke Negeri Gersang di mana Pangeran Azman tinggal.
Penduduk Negeri Gersang bersorai-sorai. Mereka melambai-lambaikan tangan tiada henti di sepanjang jalan sebagai ungkapan gembira menyambut kehadiran Putri Bersinida.