Ketiganya maju perlahan, dan secara bergilir menyentuh punggung tanganku. Aku tersenyum saat salah satu dari mereka melakukan hal yang biasa dilakukan oleh Rhein. Tanpa ragu kupeluk ia, kucium keningnya dan kubimbing menuju pelaminan.
"Bagaimana kau tahu itu aku?" bisik Rhein begitu kami duduk berdampingan di kursi pengantin.
"Aku mengenalmu cukup lama, Rhein. Hal-hal kecil yang biasa kau lakukan tak luput dari perhatianku. Meski kedua saudara kembarmu mencoba menirunya sama persis denganmu, tapi aku bisa membedakannya."
"Katakan..."
Aku tertawa. Rhein memberengut kecil. Ia terlihat begitu penasaran.
"Please, katakan padaku...."
"Baiklah. Setiap kau menyentuh punggung tanganku, kau selalu memundurkan sedikit ujung jari tengahmu. Itu kebiasaan yang luput dari pantauan kedua saudara kembarmu."
Kulihat Rhein tersenyum. Senyum bahagia karena aku telah lulus ujian darinya.
***
Malang, 21 July 2017
Lilik Fatimah Azzahra