"Aku terlihat egitu bodoh, ya?" sahutku seraya tersenyum kecut.
***
Ini sudah tahun kesekian aku menjalin hubungan dengan Rhein. Sudah waktunya kami melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Aku berniat melamarnya dan menjadikan ia bidadari dalam kehidupanku.
Keinginan baik itu kusampaikan kepadanya. Dan alangkah terkejutnya aku saat mendengar Rhein mengajukan syarat.
"Raka, kau bisa menikahiku asal pada saat pernikahan nanti kau tidak salah memilih...."
"Apa maksudmu?"
"Kedua saudara kembarku akan mengenakan gaun pengantin yang sama denganku. Saat itulah kau harus memilih, yang mana aku, Rhein kekasihmu."
Aku terpaksa menerima syarat tersebut. Aku tahu Rhein tengah menguji cintaku. Karena seperti yang pernah disampaikannya padaku, bahwa kedua saudara kembarnya ternyata jatuh cinta pula  kepadaku. Dan mereka berlomba mendapatkanku dengan cara mereka sendiri.
Waktu pernikahan telah tiba. Aku mengenakan jas warna hitam dengan kemeja lengan panjang berwarna putih siap diarak menuju pelaminan. Langkahku terasa ringan memasuki tenda pengantin yang telah disediakan. Aroma wangi bunga melati merebak memenuhi ruangan menyambut kedatanganku.
Saat melewati pintu berundak menuju kursi pengantin, mataku terbelalak. Tiga kembar bernama Rheinkarnasi, mereka berdiri berjejer mengenakan gaun pengantin yang sama--- tersenyum menyambutku.
Dadaku berdegup kencang. Bagaimana jika aku salah memilih calon istriku?