Penonton bertepuk tangan riuh.
Babak 2
Seorang pria bertubuh tinggi besar, berjalan gelisah mengitari panggung yang sangat lapang. Pandang matanya nanar. Di belakangnya mengikuti dua pengawal dengan wajah tertunduk.
“Kutandai dia! Kali ini tidak dengan cincin, melainkan...dengan sebilah pedang yang akan kukalungkan pada leher jenjangnya.” Pria tinggi besar itu menggeram. Dua pengawal di belakangnya mundur teratur.
Tepat di tengah-tengah panggung, mendadak pria bertubuh tinggi besar itu berbalik badan. Entah sejak kapan ia menyembunyikannya, tahu-tahu pada tangan kanannya teracung sebilah pedang bermata dua.
“Untuk menguji tajam tidaknya pedang ini, bolehkah aku meminjam leher salah satu dari kalian?”
Penonton terpekik menahan napas.
Babak 3
Pria bertubuh tinggi dan perempuan bergaun merah marun berdiri berhadapan. Mata mereka beradu tajam. Saling menusuk.
“Kutandai kau!” pria bertubuh tinggi membuka suara. Lantang. Tangan kekarnya bergerak, mengeluarkan sesuatu. Begitu tiba-tiba. Hingga perempuan bergaun merah marun itu tidak sempat menghindar. Tahu-tahu ia telah berada dalam cengkeraman pria bertubuh tinggi itu.
“Katakan selamat tinggal kepada seluruh penonton yang berada di dalam gedung pertunjukan ini, Nyonya besar!” suara pria itu menggema memenuhi ruangan.