“Me-nik-ma-ti apa?” aku tergagap.
“Menikmati keanehan yang terjadi pada dirimu. Kau mengalami Gangguan Identitas Disosiatif, Biyan.”
“Kau sok tahu!” aku mulai tidak suka dengan kata-kata Ra. Ra bergeming.
“Jadi siapa kau ini sesungguhnya? Biyan atau Biyanca?” Ia bertanya setengah mengejek.
“Lihatlah, kau tampak sangat linglung,” Ra tertawa. Menertawakan diamku. Wajahku seketika memerah.
“Semua terjadi karena kau membiarkan dirimu terjebak dalam pribadi ganda itu, Biyan. Kau tidak berusaha mencegahnya. Kenapa? Karena kau menikmatinya.”
“Kau mulai menyebalkan, Ra!”
“Terserah apa katamu. Tapi aku harus mengatakan ini. Aku---menyukaimu sebagai Biyan.”
Deg. Dadaku serasa dihantam batu sebesar gunung.
“Sejak kapan?” suaraku bergetar.
“Sejak pertama kali kami bertemu.”