“Kau masih ingin melanjutkan kisah? Tidak? Baiklah. Akan kututup lagi jendela ini.”
***
Selamat datang. Engkau adalah tamu ke dua yang berkunjung ke Rumah Cintaku. Siapa namamu? Hoho, kau tidak ingin memberi tahu, tak masalah. Apalah arti sebuah nama. Sama sekali tak penting bagiku.
Sekarang pilihlah, jendela mana yang ingin kau buka? Hm, jendela yang menghadap ke arah barat, baiklah. Dengan senang hati aku akan membantu menguak tirainya.
Ayolah, katakan sesuatu, jangan hanya tersenyum begitu. Aku siap mendengarkan ceritamu.
“Musim semi. Bunga-bunga bermekaran di mana-mana. Beberapa orang duduk-duduk di bangku taman, menikmati suasana senja. Sepasang manula asyik bercengkrama, bernostalgi, mengenang masa lalu yang indah. Ada senyum tersungging di bibir-bibir keriput mereka.”
“Lanjutkan.”
“Bocah-bocah kecil berlari riang. Berkejaran mengitari taman sembari sesekali mengejutkan kakek nenek mereka dengan ciuman atau pelukan. Sementara di ujung taman, sepasang muda-mudi tengah merencanakan masa depan. Ini benar-benar indah!”
“Bagaimana dengan suami istri yang tengah duduk di bawah pohon Ek itu?”
“Mereka membicarakan sesuatu…tentang…ah, aku tidak suka ini! Perceraian. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. Egois! Mereka memutus cinta tanpa mengindahkan perasaan.”
“Perasaan siapa?”
“Perasaan anak-anak mereka.”