Konflik yang terjadi pada kisah Sri Sumirah adalah ketika ia harus berjuang saat menghadapi kondisi ekonomi yang menghimpit. Sri Sumarah ternyata tidak menyerah. Tidak pasrah begitu saja. Ia bangkit meski hanya bekerja sebagai tukang pijit.
Kisah yang sekilas sederhana tapi mengandung pesan moral yang tinggi.
Usai menulis tentang kehidupan orang-orang pinggiran, pada kumpulan cerita Seribu Kunang-kunang di Manhattan (SKKM), Umar Kayam bertutur mengenai kehidupan di New York. Berbagai kisah bergulir di sana. Bermacam manusia dengan karakter berbeda beliau gambarkan. Yang menarik, pada SKKM ini, Umar Kayam mencoba mengangkat kehidupan sosial budaya Barat dan Timur. Kedua budaya yang berseberangan dicoba untuk dipertemukan sedemikian rupa hingga memunculkan konflik yang menarik. Sebagai contoh, kisah Jane dan Marno. Dua anak manusia yang terpisah dari masing-masing pasangannya. Yang kemudian keduanya memutuskan untuk pacaran. Tapi akhirnya sama-sama mengalami kebosanan akibat interaksi yang tidak pernah nyambung.Â
Masing-masing teringat pada tanah air dan mantan-mantannya. Sebuah kisah yang sarat perenungan meski dikemas dengan gaya yang kocak. Di akhir kisah sang penulis sengaja tidak menyelesaikan konflik yang sudah dibangun. Ending dibiarkan menggantung. Beliau menyerahkan kepada pembaca untuk menyelesaikan sendiri endingnya sesuai dengan imajinasi masing-masing.
Sebenarnya belum cukup bagi saya membaca karya-karya apik Umar Kayam. Saya baru mencicipinya sedikit. Tapi sayang saya harus menyudahi tulisan saya ini.Â
Meski demikian saya memutuskan untuk mengagumi sosok hebat Umar Kayam. Pria kelahiran Ngawi Jawa Timur yang lahir pada 30 April 1932. Dan tutup usia pada tahun 2002 di Jakarta. Saya jatuh cinta pada karya-karya beliau yang dikemas dalam bahasa sederhana, mudah dimengerti dan merakyat.
Terakhir, bagaimanapun juga, setiap penulis memiliki ciri khasnya sendiri. Semoga setelah membaca sedikit Umar Kayam, saya bisa membaca sedikit diri sendiri. Setidaknya saya tidak lagi kebingungan menentukan langkah, andai kelak memang ditakdirkan menjadi seorang penulis fiksi.
Salam bahagia dengan senantiasa giat menulis.
***
Malang, 10 Februari 2017
Lilik Fatimah Azzahra