Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membaca Sedikit Umar Kayam

10 Februari 2017   20:11 Diperbarui: 10 Februari 2017   20:15 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seorang teman mengkritisi karya-karya fiksi saya, baik yang terangkum di blog K, maupun di blog lain, dengan mengatakan saya sama sekali belum menemukan jati diri sebagai penulis fiksi, saya sempat kelimpungan. 

Teman saya itu mencontohkan, sahabat cantik Livia Halim, sudah memiliki branding sebagai penulis fiksi beraliran Surealisme, sedang sahabat kental saya si mungil Desol Desy telah memegang kendali sebagai penulis Horor Misteri yang mengarah pada sadisme (untuk sebutan  sadisme saya sudah minta izin belio sang penulis...dan herannya belio malah senang, kegirangan, ngakak-ngakak gak karuan).

Nah, dari kritikan yang cukup menohok tersebut, sejenak membuat saya merenung. Baiklah, barangkali teman saya itu benar. Saya memang penulis abal-abal yang masih kebingungan dalam menempatkan posisi. Masih suka ke sana kemari. Angin-anginan. Kadang menulis genre detektif, kadang cerita keluarga, kadang romantisme, kadang mencicipi horor dan misteri.

Waduh, bagaimana ini. Meski dalam menulis saya tidak berharap mendapatkan branding, karena saya memang penulis yang 'asal menulis saja', suka-suka, namun tidak ada salahnya jika saya memperhatikan juga kritikan teman saya tersebut.

Sadar saya adalah penulis otodidak, yang belajar sendiri, tidak pernah belajar secara spesifik tentang dunia tulis menulis, dan hanya bermodal nekad dan sedikit suka membaca, maka saya mulai berburu profil penulis-penulis hebat. Tentu saja sebagai bahan pembelajaran. Karena saya memang masih perlu banyak belajar. 

Dan kali ini saya membidik Umar Kayam. 

Membaca Biografi beliau lewat Wikipedia dan media lain, membuat saya sempat grogi. Beliau adalah seorang Budayawan, Sastrawan, Guru Besar, dengan segudang prestasi. Namun begitu saya tetap memberanikan diri untuk mengintip dan membaca sedikit karya-karya beliau. Ternyata dari yang sedikit itu saya mendapatkan banyak pelajaran. Khususnya dari karya-karya yang telah dilahirkan. 

Dari Cerpen Mbok  Jah, Sri Sumarah hingga Seribu Kunang-kunang di Manhattan

Ynag menarik disimak, Umar Kayam lebih banyak menulis tentang perempuan dan kehidupan masyarakat pinggiran. Sebagai contoh, kisah Mbok Jah, bertutur tentang seorang pembantu rumah tangga yang berasal dari Gunung Kidul. Perempuan sepuh yang kesepian karena anak satu-satunya telah melupakannya. Mencoba mengadu nasib di kota besar. 

Beruntung Mbok Jah mendapatkan majikan yang baik dan menganggapnya seperti keluarga sendiri. Umar Kayam meramu konflik ( batin) sedemikian apik dan menyentuh. Bagaimana perasaan Mbok Jah yang ewuh pakewuh, karena merasa dirinya sudah semakin renta dan hanya akan menyusahkan juragannya saja. Yang akhirnya memutuskan untuk pulang kampung. Bagaimana pula perasaan keluarga juragan ketika mengetahui kondisi Mbok Jah di desa terpencilnya yang ternyata serba mengenaskan. Umar Kayam piawai mengaduk-aduk perasaan pembaca. Usai membaca ini saya sempat nyengir kuda. Sungguh, membaca kisah Mbok Jah seperti membaca sebuah realita. Di mana rasa kepedulian di antara kita kian hari kian terkikis. Bahkan dari lingkungan terdekat sekalipun yang bernama keluarga.

Pada kisah Sri Sumarah, perempuan digambarkan sebagai mahluk yang selalu pasrah. Umar Kayam seperti hendak mengingatkan kepada kita, masih banyak perlakuan terhadap kaum perempuan yang sedemikian. Khususnya di masyarakat Jawa yang memegang teguh tradisi bahwa perempuan itu seyogyanya nerimo ing pandum. Swarga katut, naraka nunut. Wajib patuh terhadap suami apapun perintahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun