"Duh, keretanya! Sudah mau berjalan lagi, ya!" terdengar suara panik dari seberang. Aku terpana.
"Kamu di mana?" gegas aku mengedar pandang. Berusaha mencari-cari keberadaannya.
"Aku di sekitar setasiun! Di masjid!"
"Oh, aku turun ya!"
"Jangan! Nggak usah! Keretanya sudah mau jalan lagi!"
"Kamu, kenapa sih nggak bilang-bilang kalo menunggu keretaku!" teriakku menyesali tindakannya.
"Aku sengaja ingin memberimu kejutan!"
Kejutan? Ah, lelaki konyol itu, Dee, dia tidak saja berhasil memberiku kejutan, tapi juga berhasil mengembalikan senyumku yang telah lama hilang. Meski pada akhirnya kami gagal bertemu, aku tidak kecewa. Toh, masih ada hari yang lain bukan?
"Kenapa mesam-mesem sendiri?" bulan membuyarkan lamunanku. Wajah separuhnya kian menipis. Tampak tragis. Tinggal serupa garis.
"Eh, aku...."
"Please, tolong dong.... Aku enggan mati! Aku masih ingin menyaksikan kelanjutan kisah kalian!"Â