"Kurir itu lagi," Lusia bergegas bangkit. Ia turun dari tempat tidur dan meraih sandal jepitnya.
Tangan Desi menarik lengan Lusia.Â
"Lusia, jangan buka pintu!"
"Kenapa?"
"Kau lupa kardus berisi daun telinga beberapa jam yang lalu?"
"Ah, kalian harus melihat ini. Dia kurir pizza paling tampan yang pernah kutemui," Lusia mengedipkan sebelah matanya.Â
***Â
Sebelum memutar anak kunci, disibakkannya tirai jendela. Lusia bisa melihat pemuda berseragam merah menyala itu berdiri menunggu.
"Lusia, jangan buka pintunya!" Desi dan Erna berlompatan. Berusaha menghalangi Lusia. Tapi terlambat. Pintu sudah terlanjur terbuka.
"Untuk kalian bertiga, gadis-gadis cantik penggemar pizza," kurir tampan itu tersenyum sembari menyodorkan kardus berwarna putih. Lusia tersenyum gembira menerimanya. Pada saat itulah, ia berkesempatan mengamati kedua telinga pemuda yang berdiri di hadapannya itu.
"Ada apa, Nona?" kurir pizza bertanya heran.