Langit tersenyum, membalas tatapannya. Mataharipun cemburu dibuatnya.
Perempuan berwajah rindu menghentikan langkah. Memetik sekuntum bunga berbentuk hati. Diciumnya perlahan untuk kemudian disematkan di atas telinga.
***
Lagi, pagi ini aku melihatnya. Perempuan berwajah rindu itu. Tak seperti biasa. Ia belum beranjak dari duduknya. Juga tiada terlihat menyeduh kopi.Â
Kenapa?
Kuberanikan diri menghampirinya. Oh, matanya tampak sayu. Pipinya pucat dan bibirnya membiru.
"Apa yang terjadi padamu?" tanyaku ragu bercampur iba.Â
"Kamu?" ia terkejut melihatku. Pipinya yang pucat kembali merona. Sungguh, aku suka melihatnya.
"Buatkan aku kopi," ujarku renyah. Ia terperangah. "Lalu bangunkan juga matahari," lanjutku.
Pagi yang indah. Kami menikmati secangkir kopi rindu berdua. Seraya mengagumi keindahan taman bunga berbentuk hati.
Tetiba perempuan berwajah rindu menatapku.