Yup, kini aku bebas. Tak akan kulihat lagi bayang wajahku yang terbelah.
Engkau ditakdirkan menjadi perempuan yang pasrah digauli waktu dan malam. Dalam rahimmu telah tumbuh janin kata-kata. Tak hanya satu. Beribu-ribu. Bahkan mungkin berjuta-juta. Mampukah engkau menjadi ibu bagi mereka?
Terdengar suara berbarengan melantunkan puisi itu. Mengagetkanku.
Aku menoleh.Â
Wajahku yang terbelah tahu-tahu sudah berdiri di belakangku.
***
Malang, 22 Agustus 2016
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!