Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Gadis Pengetuk Pintu

13 Agustus 2016   03:26 Diperbarui: 13 Agustus 2016   04:47 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum seberapa jauh melangkah, kulihat sosok mungil meringkuk di bawah pohon jambu yang tumbuh di seberang jalan. Kudekati ia. Ternyata seorang gadis. 

"Mengapa malam-malam kamu berada di sini?" tanyaku terheran. Gadis itu mengangkat wajahnya. Sorot matanya sendu. 

"Maukah kamu menolongku? Aku kedinginan," sahutnya dengan suara pelan. Sejenak aku terdiam. Menatap sosoknya yang menggigil.

"Ikutlah bersamaku. Akan kubuatkan teh hangat untukmu," akhirnya runtuh juga rasa ibaku. Kuulurkan tangan menyentuh pundaknya. Gadis itu tersenyum. Ia berdiri lalu mengikutiku berbalik menuju rumah.

Sejak saat itu ia suka sekali datang menyambangiku. Seperti malam ini.

Masih kupandangi ia. Tidurnya pulas. Kuraih selimut yang terlipat di atas sofa. Kututupi tubuh mungilnya yang meringkuk di atas kursi goyang. Aku tak ingin mengganggunya. Kubiarkan ia nyenyak dan merenda mimpi-mimpi indahnya.

*** 

Derit pintu membuatku menoleh. Dua orang berpakaian serba putih datang menghampiriku.  

"Bagaimana? Sudah merasa lebih baik?" salah satu dari mereka, pria yang mengenakan kaca mata bertanya ramah.  

"Belum Dokter. Saya masih sering melihat dia. Datang di tengah malam. Mengetuk pintu tiga kali dan duduk di kursi goyang," aku menjawab setengah mengeluh.  

"Itu hanya halusinasi. Ia akan menghilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Habiskan dulu obatnya. Nanti kita lihat perkembangan selanjutnya," dokter berkaca mata itu memeriksa denyut nadiku. "Pastikan ia tidak telat minum obat, ya, Suster," lanjutnya seraya menoleh ke belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun