Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Sarung Abah

8 Juni 2016   20:09 Diperbarui: 8 Juni 2016   20:14 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lakonhidup.wordpress.com

Seharian ini ada yang aneh pada diri Abah. Jalannya agak oleng ke kiri dan menthek-menthek. Apakah beliau sakit? 

Sebenarnya aku ingin bertanya langsung pada Abah. Tapi sungkan. Maklumlah. Aku sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja. 

Siang usai menjalankan sholat duhur di musholla yang terletak di samping rumah, kulihat Abah krengkelan mengenakan klompen di depan pintu. Buru-buru aku membantunya.

"Abah sakit?" tanyaku antara rasa ingin tahu dan kasihan melihat kondisi Abah.

Belum juga Abah menyahut, terdengar suara Umi memanggil-manggil dari dalam rumah.

"Abaaah...!!!" suara Umi melengking. Abah menatapku. Aku pun maklum. Segera aku melesat masuk ke dalam rumah menemui Umi.

"Ada apa, Mi?" 

"Abah mana, Ais? Umi mau minta tolong sama Abah. Pintu kamar mandi pegangannya lepas."

"Oh, biar Aisyah yang betulin, ya, Mi!"

Aku segera menuju kamar mandi diikuti oleh Umi. Sembari memeriksa pegangan pintu yang copot aku menyempatkan diri bertanya. 

"Mi, sebenarnya abah sakit apa sih?"

Mendengar pertanyaanku Umi mengernyitkan alis.

"Memang Abah sakit? Kok Umi ndak tahu?"

"Lah coba Umi lihat. Abah jalannya aneh!"

Seketika Umi mengintip Abah dari balik jendela.

"Iya, nduk. Abahmu jalannya kok gitu. Seperti...tole yang baru disunat trus gondangi."

Mendengar penuturan Umi aku menahan senyum.

"Coba Umi cari tahu Abah sakit apa. Kan bisa kita antar ke dokter," aku mengusulkan. Umi mengangguk.

Sementara Umi menemui Abah, aku sibuk membenahi pegangan pintu kamar mandi.

***

Kurang dari sepuluh menit pegangan pintu yang lepas berhasil kuperbaiki. Bersamaan itu kulihat Umi tergopoh masuk dapur.

"Gimana Mi? Abah sudah mengaku?" tanyaku penasaran. Umi tidak menyahut. Tangannya asyik memilah-milah bumbu di botekan. 

Tak berapa lama Umi menyalakan kompor dan memasang wajan di atasnya. Dituangkannya sedikit minyak kelapa. Lalu dimasukkan irisan bawang putih. Sebentar kemudian kompor dimatikan lagi.

"Nduk, ini obat mujarab untuk menyembuhkan gigitan serangga." Umi menatapku puas.

"Loh, jadi Abah digigit serangga, Mi? Apanya yang digigit?" aku menahan tawa.

"Paha kiri sebelah atas, nduk. Disengat tawon, tadi pagi saat betulin genteng di belakang rumah. Jadi... ceritanya, ada tawon di balik sarung Abah!"

Ups, kali ini aku tak dapat menahan tawaku lagi.

***

Malang, 08 Juni 2016

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun