"Ya, mereka ingin menukar kami dengan pasien perempuan itu."
'Pasien perempuan? Kamu belum menceritakannya pada kami," ujar Panji seraya membetulkan letak bangku yang terguling.
"Ayah angkatku, seorang dokter ahli bedah. Ia mempunyai pasien perempuan yang telah mengalami penganiayaan. Seluruh wajahnya rusak. Bersama tim dokter ayah berusaha menyelamatkan perempuan itu."
"Lalu apa hubungannya dengan kalian?" Bagaskara menatap Galuh heran.
"Para penjahat sengaja menculik kami supaya ayahku mau mengembalikan pasien perempuan itu pada mereka. Entah apa motifnya. Aku sendiri tidak tahu." Galuh duduk menjejeri Panji.
"Ah, dunia ini. Di manapun kita tinggal, kejahatan selalu ada." Panji mengepalkan tinjunya. Ia teringat pelariannya dari dimensi lain. Ia teringat kejahatan yang dilakukan oleh para petinggi kerajaan Panjalu terhadap bumi Jenggala.
"Tunggu! Pasien perempuan itu, kamu tahu siapa namanya?" tiba-tiba Panji terlonjak.Â
"Ia ditemukan oleh seorang lelaki tua di tepi sebuah jurang tanpa identitas apapun," Galuh menggeleng lemah.
Panji tampak kecewa. Suasana hening sejenak.Â
Tapi keheningan itu lenyap ketika terdengar seseorang berdehem. Ketiga remaja itu menoleh. Dua lelaki tegap telah berdiri di ambang pintu.
Salah satu dari lelaki itu membidikkan senapannya dan siap menarik kokang.