Sementara di markas pondok kayu terjadi keributan kecil. Sang pemimipin yang baru saja tiba terlihat sangat murka setelah mendapat laporan dua orang sandera mereka telah kabur.
"Bodoh amat sih, kamu!!! Masa percaya begitu saja pada anak perempuan ingusan itu!" sang pemimpin melontarkan makian terhadap anak buahnya.
"Maaf Bos, saya lengah...."
Plaakk!!! Sebuah tamparan keras melayang. Sang anak buah tak berkutik. Ia hanya mengelus rahangnya yang memerah.
"Cari mereka sampai ketemu!" sang pemimpin memberi perintah bagai singa yang terluka.
***
Galuh masih menuntun ibundanya. Berulang kali perempuan itu menghentikan langkah sembari mengeluh kelelahan. Sementara hari mulai beranjak tinggi. Perut keduanya pun sesekali berbunyi.Â
"Sepertinya kita tersesat, ya, Galuh?" Â
"Iya, Mi...tapi ini lebih baik daripada kita berada dalam cengkeraman para penjahat itu."
"Bagaimana kalau kita..." perempuan itu tak berani meneruskan kalimatnya. Galuh paham. Tentu ibunya merasa khawatir bertemu binatang buas penghuni hutan ini.
"Sepertinya hutan ini aman-aman saja, Mi," gadis itu menghibur. Tapi benarkah begitu?Â