Mobil berbelok ke arah sebelah kiri. Terlihat pagar bambu menjulang menutupi sebuah bangunan tua yang terbuat dari gelondongan kayu. Sopir taksi menghentikan kendaraan roda empat itu tepat di ujung halaman.
Pria bertopeng melompati jok dan membuka pintu mobil dengan kasar.
"Ayo, cepat turun!" ia membentak kedua perempuan itu. Dengan langkah gontai, istri Dokter Marwan keluar dari mobil diikuti oleh Galuh.
Sementara moncong pistol masih terus mengintai kepalanya.
***
Kedua perempuan itu digiring ke sebuah bilik kecil yang terletak di bagian rumah paling belakang. Hanya ada satu meja dan satu bangku terbuat dari papan mengisi ruang sempit itu. Pria bertopeng melepas penutup wajahnya. Sekarang tampaklah wajah aslinya.
"Telponlah sekarang juga suamimu yang dokter ahli bedah itu," ujarnya pada istri Dokter Marwan. Perlahan perempuan itu mengeluarkan ponselnya. Tangannya gemetar menekan nomor milik suaminya.
Panggilan masuk tersambung. Tapi tak ada yang mengangkat.
Perempuan itu mencoba sekali lagi. Tetap sama.Â
Pria yang sejak tadi berdiri  mengawasinya dengan sigap merebut ponsel dari genggaman perempuan itu.
Pria itu melakukan panggilan ulang. Tak ada respon.Â