Tak ada seorang pun di dalam bilik rias itu kecuali dirinya. Aponi tersenyum. Dipandanginya wajahnya berlama-lama. Sesaat ia tertegun. Pantulan wajah di dalam cermin itu tiba-tiba saja berubah!
Ia melihat seraut wajah pucat mengenakan gaun tosca sama persis dengan gaun yang saat ini dikenakannya. Aponi mengernyitkan dahi. Ia menajamkan pandangannya. Mengapa ia merasa pernah melihat wajah pucat itu? Bulu kuduknya meremang. Jadi benar gosip yang selama ini beredar bahwa gedung pertunjukan ini berhantu, gadis balerina itu membatin.Â
Wajah dalam cermin perlahan menghilang. Berganti wajah Aponi  yang belia dan jelita.Â
Terdengar langkah seseorang mendekati bilik rias. Aponi dengan tergesa melepas gaun tosca yang dikenakannya. Ia melipat dan mengembalikan gaun itu ke tempat semula di bawah tumpukan kardus-kardus bekas yang tak terpakai.
Miss. Brione sudah berdiri di ambang pintu.
"Aponi, tiba giliranmu tampil lagi. Eh, mana gaun tosca yang kau kenakan tadi?" Miss. Brione menatap Aponi tak berkedip.
Aponi berjalan menuju pintu. Ia membalas tatapan Miss. Brione dengan berani.Â
"Bukan karena gaun itu saya tampil bagus Miss. Brione. Tapi karena saya selalu mendengar nasehat Mama dan pelatih saya, Miss. Claudia, agar membiasakan diri disiplin dan rajin berlatih. Oh, ya, apakah nama lengkap Anda Brione Ellena? Penari balet sekaligus pemilik gaun tosca yang mati terbunuh itu?"
***
Malang, 18 Mei 2016
Lilik Fatimah Azzahra