Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[100HariMenulisNovelFC](#22) Sang Pelarian

19 April 2016   09:24 Diperbarui: 19 April 2016   09:28 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: lampost.co"][/caption]Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-21-sang-pelarian_5712c9c4d17e612905e5f815

Bunda Fatima menutup buku di hadapannya. Ia menoleh ke arah Cinta yang masih berdiri menatapku.

"Cinta, seperti yang pernah Mama ceritakan padamu. Rama kemungkinan mengalami amnesia."

"Tapi, Ma...."

"Mama masih berusaha mencari tahu tentang siapa diri Rama sebenarnya."

"Mengapa Mama tidak melaporkan saja pada Polisi atau mempublikasikan foto dia sebagai orang hilang?"

"Sudah, Mama sudah melakukan itu."

Kulihat pandangan Cinta mulai melunak. Gadis itu menghampiriku.

"Kau," ujarnya seraya menyentuh pundakku,"berusahalah mengingat siapa dirimu sebenarnya, ya."

Aku mengangguk. Meski dalam hati aku tak meyakini sepenuhnya anggukanku itu.

"Mama, mungkinkah ada hubungannya angka itu dengan cowok aneh ini?" mata Cinta beralih ke arah ibunya.

"Jangan sebut dia aneh, Cinta," tegur Bunda Fatima. Cinta meringis. Mata indahnya kembali melirikku.

"Iya, juga sih. Tapi, eh, ia memang sedikit aneh!"

***

Hari mulai gelap. Setelah memeluk dan pamit kepada ibu dan anak-anaknya, Bunda Fatima mengajakku pulang. Sepanjang perjalanan kami saling membisu.

Hingga sampai di depan pagar rumah, kulihat mata Bunda Fatima menyipit.

"Rama, ada yang merusak gembok pagar!" perempuan itu segera memeriksa pintu pagar dengan teliti.

"Ada orang memasuki rumah tanpa permisi?" tanyaku menegaskan. Bunda Fatima tidak menyahut. Ia bergegas masuk dan mendapatkan pintu rumah depan dalam keadaan terbuka.

***

Bunda Fatima menerobos masuk ke dalam rumah dan memeriksa seluruh ruangan. Sepi. Tak ada siapa pun.

"Lelaki itu lagi? Maksud saya, mantan suami ibu?" aku menduga-duga. Bunda Fatima terdiam.

"Kamu benar, Rama. Suki memiliki kunci duplikat. Ia telah mengambil barang-barang berharga yang masih tertinggal."

"Apa yang akan Bunda lakukan?"

"Membiarkannya."

"Jangan membiarkan lelaki kasar itu terus mengganggu ketenangan Bunda!" aku memprotes.

"Kamu tidak mengerti bagaimana watak Suki, Rama. Semakin dilawan, ia semakin menjadi-jadi."

"Ada saya yang akan melindungi Bunda jika...."

Belum usai aku bicara, tiba-tiba pintu depan terkuak. 

Lelaki kasar itu sudah berdiri di hadapan kami!

***

"Serahkan kunci asli rumah ini," ujar lelaki itu seraya menengadahkan tangannya.

"Untuk apa?" Bunda Fatima bergeming.

"Rumah ini akan kujual. Sebentar lagi akan ada pembeli yang datang."

"Aku tak akan menyetujui. Ini rumah anak-anak!" suara Bunda Fatima mulai meninggi. 

Lelaki itu meraih pundak Bunda Fatima dengan kasar.

"Lepaskan!" Bunda Fatima menepis tangan lelaki itu dengan kasar pula.

Seketika emosi lelaki itu tersulut. Ia melayangkan tangannya tepat ke pipi sebelah kiri Bunda Fatima. Perempuan itu menjerit tertahan.

Aku merangsek maju.

Tanganku secara refleks menjambak krah baju lelaki itu. Tak ayal lagi kulayangkan tinjuku dua kali tepat ke arah dagunya.

Dug! Dug!

Lelaki kasar itu pun terjengkang.

Bibirnya berdarah!

Bersambung.....

***

Malang, 19 April 2016

Lilik Fatimah Azzahra

*Karya ini diikutsertakan Tantangan 100 Hari Menulis Novel FC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun