"Aku tak akan menyetujui. Ini rumah anak-anak!" suara Bunda Fatima mulai meninggi.Â
Lelaki itu meraih pundak Bunda Fatima dengan kasar.
"Lepaskan!" Bunda Fatima menepis tangan lelaki itu dengan kasar pula.
Seketika emosi lelaki itu tersulut. Ia melayangkan tangannya tepat ke pipi sebelah kiri Bunda Fatima. Perempuan itu menjerit tertahan.
Aku merangsek maju.
Tanganku secara refleks menjambak krah baju lelaki itu. Tak ayal lagi kulayangkan tinjuku dua kali tepat ke arah dagunya.
Dug! Dug!
Lelaki kasar itu pun terjengkang.
Bibirnya berdarah!
Bersambung.....
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!