"Jangan sebut dia aneh, Cinta," tegur Bunda Fatima. Cinta meringis. Mata indahnya kembali melirikku.
"Iya, juga sih. Tapi, eh, ia memang sedikit aneh!"
***
Hari mulai gelap. Setelah memeluk dan pamit kepada ibu dan anak-anaknya, Bunda Fatima mengajakku pulang. Sepanjang perjalanan kami saling membisu.
Hingga sampai di depan pagar rumah, kulihat mata Bunda Fatima menyipit.
"Rama, ada yang merusak gembok pagar!" perempuan itu segera memeriksa pintu pagar dengan teliti.
"Ada orang memasuki rumah tanpa permisi?" tanyaku menegaskan. Bunda Fatima tidak menyahut. Ia bergegas masuk dan mendapatkan pintu rumah depan dalam keadaan terbuka.
***
Bunda Fatima menerobos masuk ke dalam rumah dan memeriksa seluruh ruangan. Sepi. Tak ada siapa pun.
"Lelaki itu lagi? Maksud saya, mantan suami ibu?" aku menduga-duga. Bunda Fatima terdiam.
"Kamu benar, Rama. Suki memiliki kunci duplikat. Ia telah mengambil barang-barang berharga yang masih tertinggal."