"Kemarin sewaktu Mama membawakan sisa pakaian kami, buku itu terselip di dalam tas paling bawah. Oh, ya, Ma, angka 1042 adalah tahun berakhirnya pemerintahan kerajaan Kediri," Cinta menatap Bunda Fatima dengan mata berbinar.
"Hah, benarkah? Rupanya kamu tertarik juga dengan misteri angka itu, ya, Cinta..." Bunda Fatima tertawa. Perempuan itu kemudian membolak-balik buku di tangannya. Pandangannnya berhenti pada satu halaman yang dipenuhi oleh gambar candi-candi dan arca-arca.
"Ini peninggalan kerajaan Kediri sekitar abad ke-12," Bunda Fatima menunjukkan gambar itu padaku.
Aku tertegun. Sepertinya aku bukan saja pernah melihat peninggalan itu. Melainkan aku memang pernah berada di sana!
"Itu Arca Wisnu!" aku berseru menunjuk pada salah satu gambar arca dalam buku itu.
"Eh, bagaimana kamu tahu?" Cinta melebarkan matanya.
Aku tersenyum.
"Wisnu atau Visnu, dalam ajaran Hindu adalah dewa yang bertugas melindungi seluruh alam cipataan Sang Brahmana, Tuhan semesta alam,"tutur Bunda Fatima.
"Narayana sang Shtiti..." aku menimpali.
"Apa katamu?" kali ini Cinta menyipitkan matanya.
"Wisnu sang pemelihara," Bunda Fatima menjelaskan.