Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[100HariMenulisNovelFC](#21) Sang Pelarian

18 April 2016   16:07 Diperbarui: 18 April 2016   16:14 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber: wikiwand.com"][/caption]Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100-hari-menulis-novel-fc-20-sang-pelarian_570ed673dc22bd40055ae7a0

Bag.8 

Menyusuri Jejak

Sore itu juga kami pamit meninggalkan kediaman Pak tua. Tapi sebelum pulang, Bunda Fatima mengajakku mampir terlebih dulu ke rumah ibunya untuk menjenguk anak-anak.

Cinta, anak Bunda Fatima yang paling besar menyongsong kami di ambang pintu.

"Mama, buku sejarahnya sudah ketemu."

"Oh, ya, mana? Mama mau lihat!" Bunda Fatima tampak bersemangat sekali.

Cinta masuk ke ruang dalam. Sebentar kemudian ia muncul dengan sebuah buku tebal di tangannya.

Aku terkesiap. Buku bergambar candi itu lagi!

"Aku pernah melihat buku itu, mm...di ruang baca Bunda," ujarku.

"Benarkah? Sejak kemarin aku mencari-cari buku ini. Ternyata terbawa ke sini," Bunda Fatima segera meraih buku yang disodorkan oleh putrinya.

"Kemarin sewaktu Mama membawakan sisa pakaian kami, buku itu terselip di dalam tas paling bawah. Oh, ya, Ma, angka 1042 adalah tahun berakhirnya pemerintahan kerajaan Kediri," Cinta menatap Bunda Fatima dengan mata berbinar.

"Hah, benarkah? Rupanya kamu tertarik juga dengan misteri angka itu, ya, Cinta..." Bunda Fatima tertawa. Perempuan itu kemudian membolak-balik buku di tangannya. Pandangannnya berhenti pada satu halaman yang dipenuhi oleh gambar candi-candi dan arca-arca.

"Ini peninggalan kerajaan Kediri sekitar abad ke-12," Bunda Fatima menunjukkan gambar itu padaku.

Aku tertegun. Sepertinya aku bukan saja pernah melihat peninggalan itu. Melainkan aku memang pernah berada di sana!

"Itu Arca Wisnu!" aku berseru menunjuk pada salah satu gambar arca dalam buku itu.

"Eh, bagaimana kamu tahu?" Cinta melebarkan matanya.

Aku tersenyum.

"Wisnu atau Visnu, dalam ajaran Hindu adalah dewa yang bertugas melindungi seluruh alam cipataan Sang Brahmana, Tuhan semesta alam,"tutur Bunda Fatima.

"Narayana sang Shtiti..." aku menimpali.

"Apa katamu?" kali ini Cinta menyipitkan matanya.

"Wisnu sang pemelihara," Bunda Fatima menjelaskan.

***

Agak lama juga Bunda Fatima mengamati buku di hadapannya. Sementara Cinta duduk mendampingi. Gadis itu sesekali memandang aneh ke arahku.

"Ma, selain buku ini, ada juga benda lain yang terbawa kemari," Cinta tiba-tiba berdiri. Ia masuk ke dalam kamar. Kemudian keluar dengan sebuah bungkusan di tangannya.

"I...tu kantong milikku!" aku bergegas meraih kantong kumal dari tangan Cinta. Seketika dari dalam kantong terdengar bunyi gemerincing. Bunda Fatima menoleh.

"Rama, itu sumping milikmu. Akulah yang memasukkan benda itu ke dalamnya."

"Sumping, Ma? Barang apa-an itu?" Cinta menatap ibunya tak berkedip.

"Sumping itu hiasan yang disematkan pada daun telinga," aku yang menjawab.

"Barang itu milikmu? Kamu memakainya?" kembali mata gadis itu terbelalak. Aku mengangguk.

"Ma! Siapa sih, sebenarnya cowok aneh ini?"

Cinta menatapku dengan pandangan curiga.

Bersambung................ 

***

Malang, 18 April 2016

Lilik Fatimah Azzahra

*Karya ini diikutsertakan Tantangan 100 Hari Menulis Novel Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun