"Tugas kalian menghadapi tantangan Suhu Heri."Â
Risol dan Zarol saling berpandangan.
"Ini sebenarnya lebih pada masalah pribadi," Suhu Nasuha bergumam.
"Bolehkah kami tahu, masalah pribadi apakah itu?" kedua cewek cantik itu bertanya berbarengan.
"Begini ceritanya. Aku dan Suhu Heri dulu satu perguruan. Kami belajar ilmu kesaktian di lereng Gunung Bromo pada seorang pertapa sakti bernama Mbah Ukik. Nah, menurut Mbah Ukik aku lebih berbakat daripada Suhu Heri. Sejak itu suhu Heri menyimpan dendam padaku. Apalagi setelah aku turun gunung dan membangun padepokan ini. Suhu Heri merasa iri padaku. Muridku banyak. Sementara ia sama sekali tidak memiliki murid."
"Lalu apa hubungannya dengan kami?" Risol menatap gurunya heran.
"Suhu Heri kini memiliki seorang murid bernama Kamil. Ia yakin muridnya itu mampu mengalahkan kalian."
Seketika Risol dan Zarol mengepalkan tinjunya. Harga diri mereka merasa dilecehkan.
"Kami siap menjalankan tugas, Guru! Akan kami bantai murid Suhu Heri sekarang juga!" kedua cewek cantik itu berdiri serempak. Memberi hormat kepada guru mereka lalu pergi keluar padepokan.
Tapi sebentar kemudian keduanya kembali.
"Maaf guru, kami harus pergi ke-ma-na?" kedua cewek cantik itu tersipu malu.