"Inikah Mbak Desol itu?" saya memeluk tubuhnya yang ringkih.
"Iya, inikah Mbak Lilik itu?" dibalasnya pelukan saya dengan hangat.
Kamipun sama-sama bertukar senyum.
"Ternyata Mbak Desol itu masih muda dan imut banget," puji saya waktu itu.
"Ternyata Mbak Lilik itu, lembut banget..." ia membalas pujian saya.
Kami cepat sekali akrab. Kebetulan hari itu Bolang ada acara bersilaturahmi ke kediaman mbak Eren di Batu. Jadilah kami seharian berkeliling-keliling kota bersama.
Sungguh, saya semakin kagum setelah bertemu langsung dengan sosok mungil bernama asli Desy ini. Secara fisik terlihat tidak ndayani, tapi secara batin luar biasa matang.
Pada hari yang lain, ia memposting keinginannya di K untuk berbagi rezeki. Ia bermaksud menyisihkan hasil penjualan buku kolaborasinya bersama teman-teman K'ners ke panti asuhan. Saya yang secara tidak sengaja ikut membaca postingan itu, mencoba urun rembuk. Seandainya berkenan, saya bisa mengantarkan ke panti asuhan yang kebetulan saya tahu.
Alahmdulillah, gayung pun bersambut.
Mbak Desol merespon positip usulan saya. Kami bertambah akrab. Saling mensuport dan memberi masukan. Kami bicara banyak. Tentang dunia menulis, cita-cita dan juga harapan. Sekalipun usia kami terpaut cukup jauh, tapi kami tidak merasakan perbedaan itu. Kami menikmati jalan bareng, tertawa bareng, makan bareng. Ssst....saya jadi tau makanan kesukaan Mbak Desol loh. Nasi bakar spesial buatan saya!
Â