***
Ketika melewati jalan Gotong Royong, Didi menambah kecepatan motornya.
"Bun, pegangan yang kuat, yaa...!!! Kita ngebut...!!!" Didi berseru. Bunda Lilik hanya bisa mengangguk. Meski dalam hati sempat terheran-heran. Kenapa juga nih anak takut banget lewat di daerah ini?
Didi nyaris terpekik. Sesosok tubuh tinggi semampai tiba-tiba muncul menghadang laju motornya. Sosok itu mengenakan gaun berwarna putih. Bedak tebal dan lipstik merah menyala menghiasi bibirnya.
Sosok itu melambaikan tangan ke arah Didi dengan gemulai. Saking takut dan kagetnya, Didi membanting stir ke kanan untuk menghindari penampakan yang sengaja menghadangnya itu.
Bunda Lilik yang duduk di boncengan sempat melihatnya. Naluri detektifnya pun muncul.
***
Sampai di rumah, wajah Didi masih tampak ketakutan. Bunda Lilik membuatkan Didi teh panas dan berusaha menghiburnya.
"Bunda sekarang percaya kan, kalo di jalan situ memang angker..." napas Didi ngos-ngosan.
"Memang tadi itu hantu? Sepertinya bukan," Bunda Lilik tersenyum.
"Kalo bukan hantu, trus apa-an, Bun?"