***
Didi sudah terkantuk-kantuk ketika ponselnya berdering. Ia membaca pesan dari Bunda minta segera dijemput.
"Di, pengantinnya nggak mau ditinggal. Nggak bisa bongkar make up sendiri katanya. Kita tunggu satu jam lagi ya. Kan belum terlalu malam," Bunda membisiki Didi. Didi terpaksa mengangguk.
Sembari menikmati alunan musik dangdut yang mendayu-dayu, Didi menikmati cemilan yang disuguhkan di atas meja. Sementara Bunda Lilik sibuk membantu fotografer mengatur posisi kedua mempelai dalam sesion pemotretan.
Ya, Bunda Lilik memang seorang perias pengantin. Bulan-bulan musim nikah begini, job rias Bunda lumayan banyak. Alhamdulillah....
Tak terasa Didi sudah menghabiskan sepiring kacang goreng, tiga buah pisang rebus dan dua gelas air mineral. Ia melirik arloji hadiah dari Guru Sarwo pas weton kelahirannya.
Walah, sudah hampir jam sebelas malam. Gawat nih....
Bersamaan itu Bunda Lilik muncul.
"Ayo, Di. Bunda sudah rampung."
Didi bergegas menuju motor yang terparkir di halaman rumah pemilik pesta pernikahan.
Â