Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap Cinta #4

4 Januari 2016   13:54 Diperbarui: 4 Januari 2016   13:54 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu Ryan tengah menjalani terapi. Kemauannya untuk sembuh begitu besar. Ia sudah bosan duduk berbulan-bulan di atas kursi roda. Ia ingin bisa berjalan kembali dan beraktifitas seperti sedia kala.

"Kamu banyak mengalami kemajuan," Dokter Kohar tersenyum. Memberi pujian pada laki-laki yang nyaris putus asa akibat lumpuh yang dideritanya.

"Berapa lama kira-kira saya bisa berjalan lagi, Dokter?" Ryan bertanya sembari menyeka peluh yang membasahi kening.

"Jika kondisi tulang kakimu kian membaik, maka dipastikan dua bulan lagi kamu sudah bisa berjalan." Kembali Dokter Kohar tersenyum. Ryan mengangguk. Bik Ima yang sejak tadi berdiri menemani, segera membantu ia duduk kembali di atas kursi roda.

"Berlatihlah terus menggerakkan otot-ototmu setiap pagi dan sore. Setiap dua hari sekali aku datang melihat perkembanganmu," ujar Dokter Kohar sembari merapikan tas kerjanya.

"Terima kasih, Dokter," Ryan menjabat tangan Dokter keturunan Tionghoa itu. Dokter Kohar berpamitan. Bik Ima mengantarkannya sampai ke pintu pagar.

Langit senja kian memerah. Semburat awan membentuk siluet tak beraturan. Jarum jam di dinding bergerak mendekati angka 5. Ryan memutar kursi roda menuju jendela ruang tamu. Ia menyibakkan tirai perlahan. 

"Non Anin lembur lagi, Den?' suara Bik Ima membuatnya menoleh. Ryan mengangguk.

"Bik, doakan aku cepat sembuh, ya," Ryan tersenyum ke arah wanita paruh baya itu. Bik Ima membalas senyum majikannya itu dengan anggukan dan setumpuk rasa haru.

 

***

Anin hampir selesai merapikan berkas-berkas di atas meja kerjanya ketika Gustav masuk.

"Masih belum rampung, Nin?" tanya laki-laki itu seraya membiarkan pintu terbuka.

"Sudah," Anin menjawab perlahan. Gustav mendekat.

"Aku ingin mengajakmu makan malam. Kuharap kamu tidak menolak lagi," Gustav menatap Anin.

"Hanya sebentar, kok, Nin. Kamu bersedia, kan?" Gustav masih menatapnya. Anin menghela napas. Menimbang-nimbang sesaat. Tapi sejurus kemudian perempuan itu mengangguk.

***

Gustav menjalankan mobil perlahan. Di sampingnya duduk Anin dengan posisi rikuh.

"Kamu kelihatan tegang banget, Nin," Gustav tertawa. Anin tidak menyahut. Hanya perasaannya yang bergemuruh. Bagaimana tidak. Mereka dulu pernah dekat. Teramat sangat dekat.

"Kita cari rumah makan yang enak, ya. Nggak apa kan meski tempatnya agak jauh sedikit?" Gustav melirik perempuan di sampingnya itu. Entah karena gugup atau apa, Anin hanya bisa mengiyakan.

 

***

Bik Ima mengetuk pintu kamar majikannya perlahan. Terdengar suara kursi roda bergeser.

"Den, makan malam sudah siap."

"Nanti saja, Bik. Aku menunggu Anin."

Bik Ima kembali menuju ruang dalam. Sementara Ryan melanjutkan membaca buku di pangkuannya.

Derit pintu pagar membuat Ryan kembali menyibakkan jendela kamar. Dilihatnya Anin berjalan tergesa memasuki rumah.

"Selamat malam, Mas. Maaf aku pulang telat lagi. Mas sudah makan?" Anin menghampiri suaminya. Ryan menggeleng.

"Aku menunggumu. Aku ingin makan makan malam bersamamu," Ryan tersenyum ke arah istrinya. Anin terdiam.

"Kenapa, Nin? Apa kamu sudah makan?" Ryan menatap wajah istrinya. Anin mengangguk ragu.

"Mm...bersama Gustav?" Ryan menegaskan. Anin mengangguk lagi.

Seketika dada laki-laki itu terguncang.

 

Bersambung.....

 

***

Malang, 04 Januari 2016

Lilik Fatimah Azzahra

*Sumber gambar:mejikuhibiyu.wordpress.com

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun