Anin hampir selesai merapikan berkas-berkas di atas meja kerjanya ketika Gustav masuk.
"Masih belum rampung, Nin?" tanya laki-laki itu seraya membiarkan pintu terbuka.
"Sudah," Anin menjawab perlahan. Gustav mendekat.
"Aku ingin mengajakmu makan malam. Kuharap kamu tidak menolak lagi," Gustav menatap Anin.
"Hanya sebentar, kok, Nin. Kamu bersedia, kan?" Gustav masih menatapnya. Anin menghela napas. Menimbang-nimbang sesaat. Tapi sejurus kemudian perempuan itu mengangguk.
***
Gustav menjalankan mobil perlahan. Di sampingnya duduk Anin dengan posisi rikuh.
"Kamu kelihatan tegang banget, Nin," Gustav tertawa. Anin tidak menyahut. Hanya perasaannya yang bergemuruh. Bagaimana tidak. Mereka dulu pernah dekat. Teramat sangat dekat.
"Kita cari rumah makan yang enak, ya. Nggak apa kan meski tempatnya agak jauh sedikit?" Gustav melirik perempuan di sampingnya itu. Entah karena gugup atau apa, Anin hanya bisa mengiyakan.
Â
***