Belum tidur, Ra?
Belum...
Kenapa?
Nggak tau....
Kau selalu begitu, selalu bilang nggak tau. Kapan kau akan tau?
Entahlah, mungkin kelak jika waktunya tiba....
Tidurlah, Ra, ini sudah malam
Nggak bisa tidur....
Kenapa lagi?
Lagi menunggu
Menunggu apa, siapa?
Menunggu waktu....
Tak usah ditunggu, Ra, Waktu tak kan menjanjikan apa-apa
Mungkin kau benar. Waktu memang tak pernah menjanjikan apa-apa. Untukku, seorang Ra.....
Nah, itu, kamu sudah mulai paham
Sepertinya belum. Karena akhir-akhir ini aku sering gagal paham
Bukan gagal paham, Ra. Tapi kamu terlalu sombong....
Katamu untuk menjadi seorang Ra, aku harus sombong....
Memang aku pernah ngomong begitu?
Ya, pernah, sekali....
Dan kamu serius menanggapinya?
Ya....
Ra, kamu sebenarnya sudah kalah
Tidak, kesombonganku tak mau mengakui kekalahanku
Sampai kapan?
Sampai aku benar-benar yakin, bahwa....
Bahwa ini cinta, Ra?
Kenapa diam? Mengakulah, Ra, bahwa kali ini kau tak bisa mengalahkan takdir
Ra, mengapa menangis?
Eh, siapa juga yang menangis....aku cuma kelilipan kok
Oh, ya, kalau begitu mendekatlah. Biar kutiup kelilipmu....
Â
Â
***
Malang, 29 Desember 2015
*Sumber gambar: animateddekstopwalllpaper.blogspot.com
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H