Mohon tunggu...
IDRIS ELRUMI
IDRIS ELRUMI Mohon Tunggu... Full Time Blogger - PENDIDIK

Belajar mengembangkan literasi dan menyalurkan hobi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merengkuh Bahagia

3 November 2022   14:02 Diperbarui: 3 November 2022   14:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secercah harapan menjelma dalam ruang kosong

Mengisi memenuhi setiap ruang

Tetapi kenyataannya, semua hanya menjadi harapan semu

Keinginan ini terasa sia-sia

Aku harus menjadi yang lebih baik dari yang terbaik

Mencari jati diri, apa kesalahan yang telah aku perbuat

Mungkin aku terlalu egois....

atau keadaan tak berpihak kepadaku?

Ya aku tahu, aku terlalu egois!

Hanya mementingkan nafsuku untuk merengkuh semua kebahagiaan, tanpa memikirkan dan mengukur curamnya jurang pemisah antara luka dan bahagia.

Walaupun demikian, ketahuilah aku masih memiliki harapan untuk memiliki segalanya.

Kenapa tidak?

Semua manusia memiliki rasa dan keinginan yang sama

Pembedanya adalah guratan nasib dan takdir

Aku berada pada lingkaran kebahagiaan hidup yang semu

Itulah hidupku....

Meskipun begitu, aku tidak ingin bercamuplase menjadi orang lain.

Tak ingin menjadi parasit bagi semua orang.

Aku sedang tidak berparadoks pada kenyataan atau pun berambigu terhadap alasan.

Narasi kehidupan begitu panjang untuk diceritakan.

Akan tetapi akan menjadi suatu kenangan yang berkesan dalam catatan sejarah hidup.

 Aku tak pernah membawa yang lain mengikuti kegagalanku.

Kita tak perlu mencari siapa yang benar dan siapa yang salah.

Biarlah kegagalanku merengkuh hidup menjadi pengalaman kalian.

Pahami keadaan....

Jangan terlalu egois!

Dan satu hal yang lebih penting!

Hidup hanya menunggu mati....

Tak perlu banyak berparadigma

Kebahagiaan hidup tak bisa di deskripsikan ataupun di ukur oleh kemampuan.

Bahkan kekuatan skala newton sekalipun tak bisa mengukur kebahagiaan itu sendiri.

Maka....

Berbahagialah manusia yang memiliki kebahagiaan

Bersyukurlah Tuhan telah kasih segalanya

Karena semua....

Dari kita!

Untuk kita!

Maka Nikmatilah semua prosesnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun