Mohon tunggu...
IDRIS ELRUMI
IDRIS ELRUMI Mohon Tunggu... Full Time Blogger - PENDIDIK

Belajar mengembangkan literasi dan menyalurkan hobi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Tua di Balik Hujan

1 Februari 2018   00:47 Diperbarui: 1 Februari 2018   18:45 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elan adalah seorang kakek tua renta yang berasal dari kampung yang sudah tinggal di Jakarta hampi 50 Tahun lamanya, sejak umur 20 tahun kakek elan  sudah merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Kakek elan sempat bekerja sebagai buruh bangunan sampai ia menginjak usia 35 Tahun kini usia kakek elan sudah menginjak 65 Tahun, setelah usianya mulai menanjak usia lanjut ia beralih menjadi pedagang air mineral di salah satu jalan di Jakarta. 

Kakek elan adalah seorang bapak dari tiga orang anak, ketiga anaknya sudah tidak tinggal bersamanya sebab ketiga anaknya sudah berumah tangga. Semua anak-anak kakek elan tinggal negeri sebrang, anak pertama tinggal di Malaysia sebagai pengusaha, anak kedua tinggal di Papua sebagai pekerja tambang batu bara sedangkan anak yang paling bungsu tinggal di arab Saudi sebagai TKI. 

Kakek elan tinggal seorang diri di rumah yang sederhana ukuran 3X 5 M, istrinya meninggal dunia sejak kakek elan berusia 40 tahun. Kakek elan adalah termasuk orang yang pekerja keras, sebab sejak usia 20 Tahun setelah lulus SMA ia harus merantau dari kampungnya ke Jakarta untuk mencari kerja. Dengan usia renta kakek elan tak pernah mengeluh atas apa yang ada pada dirinya, ia selalu mensyukuri nikmat yang sudah diberikan Tuhan kepadanya.  Selain itu, kakek elan adalah orang yang taat beribadah shalat lima waktu tak pernah ia tinggalkan.

Setiap pagi menjelang kakek elan sudah menjajakan barang dagangnya di pinggir-pinggir jalan ibu kota. Dipagi itu, hujan turun rintik-rintik berlanjut dengan deras. Keberangkatanku untuk bekerja terhambat lantaran hujan turun dan kemacetan yang cukup lama. Kemudian aku berpikir lebih baik aku berhenti sejenak, karena aku pikir huajannya lumayan banyak dan sangat deras aku khawatir laptop dan berkas-berkas penting yang ada di tasku basah, karena aku lupa membawa mantel hujan dikarenakan aku lupa dan mengejar waktu takut terlambat. Lalu ku parkirkan motorku didepan pertokoan yang belum buka.

"Permisi Kek...."

"Ya....Nak"

"Saya....Numpang istirahat sebentar ya kek, hujannya deras banget"

"owh....iya nak silahkan, iya....hujannya lumayan banyak dan deras"

Hujan turun dengan derasnya, badanku sampai menggigil tidak tahan dengan dinginnya cuaca akibat hujan, terkadang sesekali aku menoleh kearah si kakek yang kulihat kulitnya yang hitam akibat sering terkena sinar mata hari dan baju yang dikenakannya pun agak lusuh. Dan kulihat pun kakek tersebut agak kedingin.

"Kakek jualan apa?"

"Kakek....jualan minuman Nak"

"owhh...sudah berapa lama kakek berjualan?"

"Kakek berjualan semenjak kakek berusia empat puluh tahun, sekarang usia kakek enam puluh lima tahun"

"wahhh....lumayan lama ya kek?"

"kamu nak mau kemana?" taya kakek yang kelihatannya mulai mahu berbincang denganku.

"saya mau kerja kek.saya lupa bawa jas hujan karena buru-buru"

"owhh...."

 Rupanya hujan tak kunjung reda, sudah hampir setengah jam hujan terus turun. Sesekali terdengar suara gemuruh Guntur terdengar.

"kakek.tinggalnya dimana?"

"kakek tinggal tidak jauh dari sini nak....makanya kakek hujan begini belum pulang dagangan kakek masih banyak" Jawab sang kakek yang terdengar suaranya agak lirih.

"kakek sebaiknya pulang saja nati saya carikan penutup biar tidak kehujanan, kakek kan sudah tua tentunya fisik kakek juga sudah tidak muda lagi lagian cuacanya dingin kek....saya aja sampai kedinginan begini, apalagi kakek?" Bicangku kepada kakek berharap si kakek mahu pulang karena cuaca yang tidak menginginkan dan sedikit agak dingin.

"kakek sudah terbiasa nak.jika dagangan kakek tidak ada satupun yang terjual kakek gak bisa makan nak"

"memang anak kakek kemana?"

"anak kakek semua sudah berumah tangga dan tinggalnya pun jauh-jauh"

"terus....istri kakek?"

"istri kakek sudah meninggal"

"owh....berarti kakek dirumah tinggal sendirian?"

"iya, kakek tinggal sendirian"

Mendengar cerita keadaan kakek, aku mengeluarkan uang yang aku simpan di saku celanaku. Aku tak tahu nominalnya berapa tetapi yang aku ingat kira-kira ada sekitar Rp. 200.000,-.

"Kek....ini uang buat kakek"

"tidak nak....kakek gak mahu menerima uang pemberian dari orang apalagi untuk mengemis"

"loh....memaang kenapa kek?, aku ikhlas ke...."

"iya terima kasih nak, walaupun kakek tua renta Alhamdulillah kakek masih bisa mencari uang walaupun tidak mencukupi yang terpenting kakek bersyukur masih dikasih sehat, masih dikasih panjang umur dan masih nikmatin hujan hari ini apalagi untuk mengemis kakek gak mahu nak"

Mendengar perkataan kakek tua tersebut hatiku terenyuh, sebab aku salut dengan beliau walaupun sudah tua selalu bersyukur atas apa yang dirasakannya. Aku banyak belajar dari kakek tua tersebut, karena selama ini aku terlalu banyak mengeluh dalam bekerja apalagi jika pekerjaan numpuk dan juga apabila tender selalu gagal, itu sudah pasti hatiku selalu putus asa. Ternyata hujan-hujan bersama kakek tua ini membuatku sadar betapa pentingnya bersyukur.

Setengah jam lebih hujan akhirnya reda, uang yang ada didalam genggamanku pun tetap masih ku pegang karena memang ku berniat memberikan sebagian rizkiku kepada kakek tua ini.

"kek...saya berangkat ya, makasih kek sudah diperbolehkan istirahat disini"

"Iya....nak sama-sama"

"kek tolong sekali lagi pegang ya uangnya"  Sambil ku genggamkan ketanganya, kemudian aku menayalakan motor dan bergegas melanjutkan perjalananku ketempat kerja.

"hey....nak....ya sudah.....Makasih" si kakek sambil melambaikan tangannya kearahku.

"sama-sama kek..." Jawabku yang agak tidak terdengar dengan ramainya kendaraan-kendaraan yang sedang melanjutkan perjalanannya  juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun