Indonesia dikenal memiliki banyak suku, etnis dan budaya yang melimpah. Tidak heran jika Indonesia memiliki adat istiadat yang menarik dan tentunya hal itu merupakan kekayaan budaya bangsa yang harus di lestarikan dan dipertahankan. Dalam pernikahan, beberapa daerah di Indonesia memiliki banyak adat istiadat baik sebelum melangsungkan pernikahan maupun sesudahnya. Di daerah Jawa sebelum ijab kabul maka terlebih dahulu melakukan proses siraman.Â
Siraman ini dikenal sebagai adat istiadat daerah Jawa yang masih berlangsung hingga sekarang. Siraman adalah proses menyiram mempelai pria dan wanita dengan maksud membersihkan jasmani dan rohani. Proses ini bertujuan untuk sebagai pertolongan, artinya masyarakat mempercayai dengan melalui proses ini maka kedua calon mempelai pria dan wanita akan mendapatkan pertolongan dari Tuhan.
Tidak hanya didaerah Jawa, didaerah Sumatera terkhusus Sumatera Barat Minang Kabau, juga ada adat-istiadat sebelum pernikahan yang masih diadakan hingga saat ini yaitu malam bainai. Malam bainai merupakan tradisi sebelum pernikahan di Minang Kabau yang diadakan pada malam hari sebelum melalui proses perkawinan.
Malam bainai adalah proses pemasangan inai pada calon anak daro(perempuan) paling banyak sembilan jari oleh keluarga pihak anak daro. Delapan jari dipasangkan oleh perempuan yang sudah menikah seperti etek dan uni yang maknanya agar anak daro dapat mengikuti jejak uni dan eteknya yang terlebih dahulu melalui kehidupan rumah tangga dengan harap anak daro dapat belajar dari kehidupan rumah tangga eteknya agar kehidupan yang dia hadapi lebih harmonis.Â
Satu jari dipasangkan oleh perempuan yang masih perawan atau masih single dengan makna agar perempuan tersebut dapat segera memiliki calon marapulai ( calon laki-laki) supaya bisa mengikuti jejak yang sudah menikah. Dan satu jarinya lagi disisakan untuk anak daro, maknanya apapun doa yang dipanjatkan oleh anak daro dapat segera terwujud dan apapun keadaan yang dia hadapi setelah menikah dapat segera diselesaikan.
Ada beberapa tahap berlangsungnya proses malam bainai, diantaranya yaitu:
1. Proses mandi-mandiÂ
Proses mandi-mandi hampir sama dengan proses siraman adat Jawa, bedanya proses mandi-mandi hanya sekedar percikan air pada anak daro. Air yang digunakan di celupkan daun sitawa sidingin. Para tertua dari keluarga mempelai wanita akan bergantian memercerikan air tersebut kepada pengantin dan orang tua mempelai wanita mendapatkan giliran terakhir.Â
2. Diantar menuju pelaminanÂ
Setelah melewati proses mandi-mandi, anak daro akan diantarkan oleh orang tuanya menuju pelaminan dengan melewati kain jajakan kuning. Setelah dilewati, kain tersebut kain tersebut akan digulung oleh laki-laki saudara wanita yang melambangkan pernikahan dilakukan sekali seumur hidup.
3. Malam BainaiÂ
yaitu puncak acara pada proses ini. Proses memasangkan inai di kuku anak daro dilaksanakan pada malam hari oleh keluarga anak daro.Â
Kuku yang dipasangkan inai memiliki makna tersendiri yaitu:Â
Ibu jari: doa agar perempuan menghormati pasangannyaÂ
Jari telunjuk: doa agar mempelai hati-hati dalam mengambil keputusan.Â
Jari tengah: harapan agar kasih sayang wanita dapat dibagikan dengan adilÂ
Jari manis: doa agar kehidupan anak daro dipenuhi cinta dan kasih sayang hingga akhir hayatÂ
Jari kelingking: doa agar anaknya dapat melewati hal-hal sulit bersama suami.Â
4. Kedua mempelai diberikan petuahÂ
seperti halnya pernikahan pada umumnya akan ada nasihat-nasihat dari keluarga ataupun masyarakat agar kedua calon mempelai dapat menjalani kehidupan rumah tangga dengan rukun.
Tentunya acara ini  diadakan oleh pihak keluarga dari calon anak daro semeriah mungkin. Apalagi jika yang menikah adalah anak perempuan pertama atau anak perempuan satu-satunya, biasanya pihak keluarga akan mengadakan acara semeriah mungkin dengan mengadakan acara saluang, salawaik dulang, rabab dan acara lainnya. Meskipun demikian, tidak semua masyarakat Minangkabau mempercayai hal tersebut, karena pada zaman sekarang tradisi malam bainai hanya dianggap sebagai mempercantik kuku calon pengantin.Â
Dalam pelaksanaannya pun dari zaman ke zaman tradisi ini mengalami perubahan, dari yang dahulunya dilaksanakan secara sederhana sekarang sudah lebih mewah dengan tambahan kesenian-kesenian Minang untuk memeriahkan acara  agar kelihatan menarik dan mengesankan bagi para tamu undangan.Â
Dengan demikian, tradisi malam bainai yang biasanya dilaksanakan sebelum akad nikah merupakan tradisi Minangkabau yang masih ada hingga sekarang. Tradisi ini seiring perkembangan zaman mengalami perubahan pelaksanaan, seperti saat ini pelaksanaan malam bainai akan dibumbui kesenian-kesenian Minangkabau dan sebagainya yang membuat tradisi malam bainai cukup berkembang. Dalam pelaksanaannya akan ada petuah-petuah dari orang tua anak daro, datuak, etek maupun masyarakat setempat agar kehidupan rumah tangga kedua mempelai dapat berjalan dengan baik.
sumber: https://id.theasianparent.com/malam-bainai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H