Mohon tunggu...
Trismayarni Elen
Trismayarni Elen Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Bisnis dan Keuangan // Praktisi dan Akademisi Akuntan

Ekonomi, Bisnis, Akuntansi, Manajemen, Keuangan, dan Ekonomi Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekonomi-Budaya Lebaran Topat di Lombok

15 April 2024   12:15 Diperbarui: 15 April 2024   12:18 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pantai dan Ketupat (Dok Pribadi. Elen)

Namun, hal berbeda pada masyarakat asli Lombok yaitu suku Sasak, bahwa ketupat justru jarang ditemui di rumah warga sebagai sajian Lebaran pada tanggal 1 atau 2 Syawal. Ketupat akan ditemui justru pada tujuh hari setelah perayaan Idul Fitri.

Sehingga sajian ketupat akan dibuat oleh masyarakat Lombok sebagai sajian pada tanggal 8 Syawal, di mana secara tradisi atau budaya, menyantap ketupat dilakukan setelah berziarah ke makam leluhur mereka.

Seperti yang dilakukan masyarakat di wilayah Gegutu-Rembige, Kota Mataram. Masyarakat Lombok di Gegutu-Rembige biasanya beramai-ramai mengunjungi Makam Loang Baluk, Tanjung Karang, Kota Mataram untuk berziarah. Lain halnya yang dilakukan oleh Masyarakat Kateng-Lombok Tengah, lokasi ziaran yang dipilih adalah makam Wali Nyato' yang berada di Desa Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.

Selepas ziarah, dilanjutkan dengan berwisata ke pantai-pantai terdekat. Tradisi berwisata pantai inilah yang dijadikan momen oleh masyarakat Lombok untuk sekaligus menyantap ketupat Lebaran yang dibawa dari rumah, beserta sajian pelengkap lain khas Lebaran.

Maka, setiap tanggal 8 Syawal dikenal sebagai Lebaran Topat atau Lebaran Ketupat oleh masyarakat Lombok, khususnya suku Sasak. Pada momen Lebaran Topat, pantai akan menjadi ramai oleh pengunjung dari suku asli Lombok juga masyarakat sekitar dan menyebabkan kemacetan sering terjadi pada akses jalan-jalan masuk ke makam dan pantai karena membludaknya peziarah dan pengunjung.

Geliat Ekonomi Dibalik Lebaran Topat

Pada akhirnya, ziarah dan wisata pantai dengan membludaknya pengunjung menjadi perhatian dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, yang kemudian menjadi salah satu sarana bagi Pemerintah Daerah (Pemda) setempat untuk bisa meningkatkan geliat ekonomi.

Pada perayaan Lebaran Topat, lokasi-lokasi wisata seperti pantai menjadi salah satu pilihan destinasi menarik bagi wisnus untuk mengamati dan ikut merasakan bagaimana tradisi atau budaya Lebaran Topat, di mana pastinya berbeda dengan wilayah lain di Indonesia.

Perbedaan mencolok dari tradisi Lebaran Topat suku Sasak adalah adanya ziarah ke makam leluhur, diikuti wisata ke pantai terdekat dan ditutup dengan menggelar tikar untuk duduk sambil menyantap ketupat atau topat bersama saudara dan keluarga di pinggir pantai hingga menjelang malam.

Hal menarik lainnya dari tradisi Lebaran Topat di Lombok, adalah dapat diketahui bahwa ada masanya pantai akan dipadati pengunjung justru oleh penduduk asli daerah. Sehingga tidak mengherankan wisata pantai sangat melekat bagi masyarakat suku Sasak.

Lebaran Topat Pasca Covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun