Mohon tunggu...
Elena Carrisya
Elena Carrisya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Watching and Cooking

Selanjutnya

Tutup

Financial

Laju Inflasi di Zimbabwe Semakin Tahun Mengalami Peningkatan yang Tak Kunjung Usai hingga Kini

1 April 2023   19:41 Diperbarui: 1 April 2023   19:46 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Afrika merupakan salah satu benua yang ada di dunia dan terbesar kedua serta memiliki penduduk terbesar kedua setelah Asia. Di benua Afrika bagian selatan terdapat sebuah negara yang namanya Zimbabwe. Awalnya negara Zimbabwe dikenal dengan negara yang begitu kayanya terhadap pangan dan berlian. Bahkan kerap dijadikan sebagai negara lumbung pangan di Afrika. Akan tetapi, kejayaan dari negara ini tidak bertahan selamanya. Kini semua itu hanya sebuah buaian semata karena penerapan manajemen industri yang salah. Hal ini menyebabkan di negara tersebut kekurangan jumlah bahan pangan, marak terjadinya tindak korupsi bahkan sampai terjadi merosotnya nilai mata uang.

Apa yang terjadi di negara Zimbabwe ini merupakan salah satu bentuk nyata dari krisis ekonomi. Bahkan sepanjang sejarah yang ada krisis ekonomi yang terjadi di Zimbabwe ini adalah yang terparah. Permasalahan yang terjadi di Zimbabwe tidak hanya dari faktor Krisis ekonomi saja. Akan tetapi kekacauan politik seperti pemerintah melakukan korupsi dan permasalahan sosial seperti kesenjangan sosial, tingkat pengangguran dan frustasi yang tinggi juga kerap menyumbang terjadinya permasalahan yang terjadi di Zimbabwe saat ini.

Perlu diketahui bahwa dengan adanya indikator makroekonomi kita dapat melihat perekonomian sebuah negara itu seperti apa. Yang termasuk dalam indikator makroekonomi itu misalnya seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, defisit neraca perdagangan serta inflasi. Dari indikator yang telah disebutkan, inflasi menjadi salah satu indikator terpenting untuk kestabilan perekonomian sebuah negara. Inflasi adalah sebuah dilema yang mengganggu perekonomian setiap negara. Dengan semakin meningkatnya perkembangan inflasi itu membuat terhambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun sebelum lebih jauh lagi, apa yang maksud dengan inflasi? Inflasi adalah suatu keadaan yang dimana harga barang dan jasa itu mengalami kenaikan secara terus menerus. Tidak akan jadi masalah bagi negara apabila tingkat inflasinya itu tergolong rendah, stabil serta masih bisa dikendalikan. Namun sebaliknya apabila tingkat inflasinya itu tinggi, tidak stabil serta tidak dapat dikendalikan inilah yang ditakutkan oleh setiap negara. Jika inflasi ditahap level yang parah, ini bisa mempengaruhi penurunan terhadap tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Hal ini seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan ini di negara Zimbabwe. Sebenarnya Inflasi di Zimbabwe sudah terjadi sejak tahun 1992. Inflasi di Zimbabwe bahkan kini menjadi hiperinflasi.

Hiperinflasi adalah suatu kondisi dimana laju inflasi itu tidak dapat dikendalikan serta terus menerus mengalami peningkatan. Yang dimana, harga barang jasa menjadi naik namun nilai mata uang itu terus menurun. Hiperinflasi yang terjadi di Zimbabwe ini sangat tinggi dan paling parahnya itu terjadi pada tahun 2008 dan 2017 yaitu 348% dan pada November tahun 2022 inflasi di Zimbabwe sebesar 255% nomor 1 di dunia. Permasalahan ini terjadi akibat 240% GDP Zimbabwe mengalami defisit.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pemerintah Zimbabwe berinisiatif mengatasinya dengan mencetak uang secara besar-besaran. Namun hal ini bukan malah mengatasi permasalahan namun justru menambah masalah yang menjadikan hutang negara menjadi bertambah. Akibat dari pencetakan uang yang berlebihan ini adalah devaluasi yang begitu luar biasa terhadap dolar Zimbabwe. Hal ini membuat Zimbabwe terpaksa harus menghilangkan 12 digit angka dari nilai uangnya yang bertujuan untuk mengurangi cost of printing.

Kondisi yang terjadi di Zimbabwe saat ini mengakibatkan nilai mata uangnya tidak laku di pasar. Hal itu dikarenakan jumlah produksi uangnya sangat banyak. Lebih parahnya lagi masyarakat lebih memilih alat tukarnya dengan kupon untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sampai-sampai para pedagang eceran itu lebih memilih kupon sebagai alat pembayaran dibanding mata uang negaranya.

Oleh sebab itu maka pemerintahan Zimbabwe perlu mengambil sebuah tindakan dengan konversi mata uang yaitu dengan mengganti mata uangnya dengan mata uang yang relatif stabil. Tujuan dari konversi mata uang negara Zimbabwe adalah untuk memajukan ekonomi serta mengurangi angka kemiskinan. Hal itu tentunya dikarenakan oleh hutang yang begitu banyak, ketidakstabilan ekonomi serta angka kemiskinan yang kian meningkat. Kondisi ketidakstabilan ini tentunya dari awal sudah dikatakan memicu inflasi yang berdampak terhadap kondisi moneter. Jadi kondisi moneter disini dimana jumlah dari satuan moneter yang sama tetapi perlahan-lahan semakin melemahnya daya beli. Melemahnya daya beli ini dikarenakan kesulitan yang dialami masyarakat dalam menghitung angka dalam jumlah yang besar.

Sejak tahun 1987-2017, Robert Mugabe adalah pemimpin negara Zimbabwe. Pada saat dirinya menjadi pemimpin negara banyak masalah yang harus dihadapi. Setelah kemenangannya Mugabe membuat suatu program land reform (pemerintah membagikan tanah milik asing kepada penduduk setempat agar para petani dapat mengelola tanah tersebut dengan baik). Akan tetapi bukannya tambah menguntungkan, program tersebut justru membuat laju inflasi karena penduduk setempat tidak memahami pertanian.

Pada tahun 2006, Dr.Gideon Gono juga melakukan kesalahan dengan membuat mata uang baru. Padahal ditahun2 tersebut inflasi di Zimbabwe sedang tidak baik-baik saja sehingga kebijakan tersebut dianggap kurang tepat. Akibat dari kesalahan itu yaitu gagalnya mengembalikan kepercayaan dari para investor bahkan masyarakat. Tak hanya menyesal dari kesalahan tersebut , justru Zimbabwe terus gencar melakukan revaluasi mata uang 4 variasi dolar Zimbabwe hanya dalam waktu 3 tahun saja.

Maka dari itu di dalam mengupayakan kestabilan perekonomian negaranya, Zimbabwe mengganti mata uangnya menjadi Yuan pada akhir tahun 2015. Mata uang Yuan sendiri merupakan mata uang dari Tiongkok. Kebijakan ini bertujuan untuk menghapuskan utang Zimbabwe kepada Tiongkok yang senilai US$ 40 juta dan tentunya untuk meningkatkan perekonomian negaranya. Dikarenakan Yuan pada saat itu sudah di terima di dalam perdagangan internasional, maka Mugabe berfikir bahwa adanya kemungkinan bagi perekonomian Zimbabwe. Selain dari itu, Tiongkok adalah salah satu negara investor terbesar Zimbabwe sehingga pemerintah Zimbabwe berusaha mendapatkan investasi untuk negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun