Mohon tunggu...
Elda Nabiela Muthia
Elda Nabiela Muthia Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

A dreamer, an avid learner. Kawan untuk memaknai perjalanan hidupmu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Abusive Relationship" dan Sulitnya Melepaskan Diri

27 November 2023   16:52 Diperbarui: 28 November 2023   19:15 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan bertengkar. (Sumber: shutterstock via kompas.com)

*) Masa tenang: pelaku kekeasan berhenti dan bersikap seolah tidak pernah melakukan kekerasan, janji di masa sebelumnya biasanya mulai ditepati, sering beri hadiah, dan melakukan perilaku baik lainnya sehingga membuat korban percaya bahwa pelaku tidak akan melakukannya lagi atau akan berubah dengan bantuan mereka. 

Ilustrasi:  Abusive Relationship. (Sumber gambar: freepik.com)
Ilustrasi:  Abusive Relationship. (Sumber gambar: freepik.com)

Keempat fase ini mungkin tidak akan terjadi dalam satu waktu yang dekat, namun biasanya membentuk pola dan berulang selama beberapa kali selama bertahan di hubungan tersebut.

Jika bisa memahami fase-fase kekerasan ini, kita bisa melihat mengapa sulit bagi seorang korban untuk keluar dari hubungan tidak sehat ini. 

Keyakinan bahwa pasangannya bisa berubah dan keinginan untuk membantu pasangan menjadi lebih baik bisa jadi faktor yang menyulitkan untuk memutus rantai kekerasan ini. 

Kemudian, pembatasan secara sosial dan emosional untuk terlibat dengan orang selain pasangan juga bisa menyebabkan korban bertahan; karena mereka merasa sendiri, tidak punya tempat lain yang bisa menerima kecuali pasangan mereka saat ini. 

Pelaku kekerasan biasanya manipulatif, ia bisa membuat seolah-olah perilakunya disebabkan oleh korban, sehingga membuat korban sangat merasa bersalah. 

Tidak jarang, pelaku kekerasan juga sering melakukan love bombing, membombardir korban dengan perhatian, rasa cinta dan kasih sayang sebelum/setelah melakukan kekerasan, sehingga korban merasa bahwa kekerasan yang dilakukan pelaku tidak sebanding dengan rasa sayang yang mereka berikan pada korban.

Faktanya, sangat sedikit pelaku kekerasan yang berubah. Perubahan ini pada dasarnya harus didasari dengan kesadaran pelaku bahwa apa yang dilakukannya salah, kemudian mencari pertolongan --berupa terapi, untuk membantunya mengelola emosi yang dirasakan. 

Ini juga membutuhkan waktu dan usaha yang keras untuk tetap konsisten mengontrol diri agar tidak mudah melakukan kekerasan. 

Maka dari itu, perubahan yang dilakukan demi pasangan biasanya tidak bertahan lama, apalagi jika pelaku kekerasan sebenarnya merasa tidak ada yang salah dengan perilakunya dan hanya mengucapkan janji tersebut untuk membuat korban tidak meninggalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun