Mohon tunggu...
Elda Nabiela Muthia
Elda Nabiela Muthia Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

A dreamer, an avid learner. Kawan untuk memaknai perjalanan hidupmu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cemas akan Masa Depan, Wajarkah?

27 Juni 2023   15:11 Diperbarui: 27 Juni 2023   15:20 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/id/foto/wanita-cemas-menangis-di-tempat-tidur-gm1377555942-442585413ar

Ada beberapa cara untuk membantu mengatasi kecemasan terhadap masa depan. Cara-cara dalam artikel ini disimpulkan untuk mengatasi kecemasan dari perspektif kognitif, yaitu ketika kita memiliki banyak pikiran tidak rasional dan merasa terganggu karena hal itu. 

1. Perhatikan pikiran-pikiran yang membuatmu cemas

Pikiran menjadi kunci utama dalam mengatasi kecemasan mengenai masa depan. Oleh karenanya, penting sekali untuk menyadari pikiran-pikiran yang sering terlintas di dalam kepala. Salah satu caranya adalah selalu periksa apakah pikiran yang kita miliki saat merasa takut/cemas punya bukti yang cukup untuk terjadi. Jika ya, maka kita perlu berfokus pada cara untuk mengurangi risiko yang terjadi. Tapi jika tidak, kita perlu alihkan pikiran tersebut menjadi pikiran yang lebih bermanfaat untuk pengembangan diri, misalnya alihkan ke pikiran bagaimana cara kita mengasah kemampuan yang lebih bermanfaat untuk masa depan.

2. Tidak apa-apa jika punya keraguan.

Keraguan akan membuat kita berhati-hati, dan itu boleh. Yang tidak boleh adalah jika kita selalu melihat keadaan dari sudut pandang keragu-raguan itu. Cobalah melihat permasalahan dari sudut pandang lain. Caranya banyak; kita bisa sharing dengan orang lain, membaca-baca terkait apa yang membuat cemas, atau menuliskan kecemasan tersebut di dalam sebuah catatan sehingga kita bisa mengetahui apa dan bagaiamana masalah itu mengakibatkan kecemasan. Saat sudah memahami masalah tersebut, pikiran akan berhenti untuk berulang-ulang memikirkan hal negatif yang akan terjadi dan mulai berkembang untuk melihat dari sisi yang lain. Kita juga perlu untuk memperhatikan hal positif apa yang juga terjadi dan dimiliki, bukan hanya berfokus pada situasi negatif saja.

3. Tidak perlu buru-buru

Semua punya waktunya masing-masing. Manusia dengan segala keterbatasannya tidak akan bisa melihat masa depan sebelum hal itu terjadi. Yang bisa dilakukan adalah berusaha yang terbaik untuk mempersiapkannya. Berusahalah yang terbaik, apresiasi diri atas semua usaha dan kemajuan yang sudah dilalui. Percaya pada proses bahwa usaha yang dilakukan akan membawa ke kondisi yang lebih baik. Bisa jadi bukan yang diharapkan, tapi sudah pasti yang terbaik untuk kita.

4. Jaga komitmen untuk bertindak

Coba langkah sekecil apapun yang bisa memperbaiki diri/situasi saat ini. Tidak perlu merasa malu, takut gagal, atau tidak diterima. Hal-hal yang sudah dilakukan itu pasti membuat kita merasa lebih baik dibanding hanya diam dan terjebak dalam pikiran negatif.

5. Terima apa yang saat ini terjadi

Sambil berusaha dan menikmati prosesnya, tidak ada salahnya beristirahat sejenak untuk menarik napas. Situasi apapun pasti berlalu, termasuk saat ini. Cobalah untuk berhenti menolak situasi yang sedang dihadapi sekarang dan latih diri untuk menerima kondisi saat ini sebagaimana adanya. Hal ini bisa dilakukan dengan rutin berlatih meditasi dan relaksasi.

Referensi:

Winston, S dan Seif, M. (2022). Overcoming Anticipatory Anxiety: A CBT Guide for Moving past Chronic Indecisiveness, Avoidance, and Catastrophic Thinking. Oakland: New Harbinger Publications

Fazakas-DeHoog, L. L., Rnic, K., & Dozois, D. J. A. (2017). A Cognitive Distortions and Deficits Model of Suicide Ideation. Europe's journal of psychology, 13(2), 178–193. https://doi.org/10.5964/ejop.v13i2.1238

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun