Tentu bukanlah sebuah hal yang mudah dalam menentukan sikap dan berkomunikasi dengan berbagai macam latar belakang dan kepentingan yang dibawa oleh setiap individu, namun hal ini harus tetap dilakukan dan diluruskan untuk mencapai hasil terbaik. Konsep yang ditawarkan dalam buku ini dengan melalui dua pendekatan dalam hal plural, yaitu eksklusifitas dan toleransi.
Eksklusifitas yang dimaksud oleh penulis adalah menutup pintu dialog dengan kelompok yang berbeda dan sering berprasangka terhadap kelompok yang berbeda.Â
Sikap bahwa kelompoknya yang paling benar dengan menutup rapat kemungkinan adanya kebenaran pada kelompok lain adalah watak yang melekat pada kaum eksklusif ini.Â
Pada pendekatan yang kedua, toleransi, adalah pendekatan yang menyatakan bahwa kita perlu 'toleran' terhadap kelompok lain dan tidak saling mengganggu.Â
Dalam memahami relevansi terhadap realitas yang berkembang, buku ini sangat menarik untuk dibaca.Buku ini juga menggambarkan kesaksian, pemikiran dan aktivitas atau gerak yang penulis lakukan yang terangkum dalam beberapa kata kunci, yakni persoalan-persoalan spritualitas kemanusiaan, Islam dan Ikhtiar
Penyegaran Ajaran serta Keindonesiaan dan Kemajemukan. Seseorang yang memperoleh pencapaian tertinggi, ia ibaratkan seperti burung rajawali.Â
Sementara manusia kerdil yang mematikan akal dan memalingkan hati diibaratkan seperti semut yang merangkak di atas tanah dan mudah terinjak oleh orang yang lewat.
 Tulisan berikutnya adalah topik tentang 'Keluhuran Manusia dan Kekuatan Cinta' dengan menimbang teori Erich Fromm, seorang filsuf Jerman yang menulis buku The Art of Loving.
Ada banyak teori cinta yang dikembangkan oleh Fromm, tetapi dari sekian banyak teorinya tersebut, konsep cinta yang ia tonjolkan adalah cinta kepada sesama.Â
Sepenuhnya yang saya tulis adalah bersumber dalam buku ini, Neng Dara Affiah selaku penulis buku ini memberikan banyak pencerahan dan ilmu-ilmu baru yang bisa diambil tentunya.
Di era globalisasi yang semakin terkoneksi, pertemuan antara beragam budaya, agama, dan ideologi menjadi semakin tak terelakkan. Seiring dengan laju waktu yang terus berputar, perbincangan tentang hak asasi manusia menjadi sorotan yang tak terelakkan.Â