Pertama, Nilai Gini ratio atau ketidak adilan ekonomi dan kesenjangan penghasilan antara yang kaya dan miskin di DKI semakin meningkat bahkan tertinggi dibandingkan semua Propinsi di Indonesia, nilai gini ratio 0,46 yang menurut Musni Umar diambil data dari media beritasatu.com
Kedua,Kemiskinan DKI semakin tinggi, jumlah penduduk miskin DKI 368,67 ribu (3,61% dari seluruh penduduk DKI) meningkat 15.637 orang dibanding tahun sebelumnya. Garis Kemiskinan (GK) bulan September 2015 sebesar Rp 503.038per kapita per bulan (Sumber: Berita Resmi Statistik BPS Prov. DKI, No.04/01/31/Th. XVIII, 04 Januari 2016). Selanjutnya Musni Umar juga mengatakan bahwa apabila 503.038/bln dibagi 30 hari akan mendapatkan Rp 16.678,-/kapita perhari yang disebutnya tidak mencukupi kebutuhan layak hidup di Jakarta.
Ketiga, Masalah korupsi, Musni Umar menyatakan tingkat korupsi di Jakarta masih tinggi, seperti misalnya kasus Reklamasi yang melibatkan anggota DPRD M.Sanusi, Kasus Sumber Waras dan kasus pembelian lahan Cengkareng.
Keempat, Masalah pengangguran DKI masih tinggi baik itu pengangguran terbuka, pengangguran setengah menganggur maupun pengangguran terselubung.
Kelima, masalah banjir dan macet, Jakarta masih belum bebas dari banjir dan macet.
Dan diakhiri dengan Permasalahan penggusuran yang tidak manusiawi dan tidak sesuai dengan Pancasila
Artikel Musni Umar yang dibuat dalam rangka diskusi panel dan deklarasi BARRI (Barisan Rizal Ramli) menurut penulis mengandung data-data yang menyesatkan. Penulis berani mengatakan demikian karena data dari BPS DKI yang disebutkan oleh Musni Umar sebagai sosiolog yang cukup ternama tidak benar. Data BPS DKI, No.04/01/31 /th XVIII,04 januari 2016, bisa dilihat disini
untuk lebih jelasnya, penulis tampilkan sebagian disini :
Data ini berbeda dengan yang disampaikan oleh Bpk Musni Umar yang menyatakan data BPS DKI menunjukkan peningkatan jumlah penduduk miskin DKI sebanyak 15.637 orang, padahal menurut beliau data diambil dari sumber yang sama atau BPS DKI Januari th 2016. Seharusnya sebagai seorang sosiolog yang cukup ternama dan sering dijadikan bahan rujukan atau sumber berita yang terpercaya tidak melakukan kesalahan fatal seperti ini.
Sebenarnya penulis tidak akan membahas lebih lanjut karena data yang disampaikan sudah salah dan menyesatkan namun untuk lebih menjelaskan dengan hubungan Prinsip Ekonomi Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama, penulis akan melanjutkan sedikit