Mohon tunggu...
Elang ML
Elang ML Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Indonesia 2016

Mahasiswa yang kadang-kadang menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Indonesia Memang Butuh Kerja, tapi Omnibus Law Justru Mengancam Peternak Lokal dengan Produk Impor?

16 Agustus 2020   18:02 Diperbarui: 17 Agustus 2020   15:40 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibandingkan peternak Indonesia, peternak Australia mendapatkan keuntungan dari padang rumput yang luas. sumber: teysaust.com.au

Sedikit sekali daerah Indonesia yang berupa savana atau padang rumput dimana peternak dapat melepaskan sapinya untuk merumput. Justru banyak peternakan sapi di Indonesia mengandagi sapi mereka, sebagai implikasinya rumput harus diarit untuk dibawa ke kandang yang merupakan pekerjaan yang membutuhkan banyak orang dan melelahkan.

Dibandingkan peternak Indonesia, peternak Australia mendapatkan keuntungan dari padang rumput yang luas. sumber: teysaust.com.au
Dibandingkan peternak Indonesia, peternak Australia mendapatkan keuntungan dari padang rumput yang luas. sumber: teysaust.com.au

Permasalahan terbesar kita adalah karena kita bertetangga dengan salah satu negara paling effisien untuk memproduksi hewan ternak. Peternak Australia tinggal melepas sapinya di padang rumput yang jauh lebih murah dan mudah dibandingkan sistem peternakan di kandang. 

Ditambah lagi dengan fakta bahwa Australia punya lebih banyak sapi dibandingkan manusia, tidak harga sapi hidup di Indonesia yang mencapai Rp. 47.000,00 pada 2019 jauh lebih mahal dibandingkan dengan Austalia yang hanya setengahnya pada saat tulisan ini dibuat.

Tanpa adanya restriksi impor, maka bisa dijamin bahwa sapi siap potong impor dari Australia akan membanjiri pasar dan menggulung tikar industri yang selama ini sudah megap-megap karena regulasi yang bermasalah. 

Akan lebih fatal lagi kalau keran impor yang dibuka adalah daging, kalau hal ini yang dilakukan bukan hanya peternak yang terkena dampaknya, tapi industri rumah jagal juga akan, kena jagal.

Kalau dalam pandangan saya kewajiban penggemukan dalam negeri sudah cukup tepat untuk tetap menyediakan sapi di Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan di saat yang bersamaan, meskipun kewajiban rasio impor indukan dan bakalan masih perlu dikritisi.

Toh biar bikin harga lebih mahal untuk konsumen tujuan menciptakan lapangan pekerjaan terpenuhi kan, sementara harga juga tidak teralu meroket karena setengah dari hidup si sapi dibesarkan di lokasi yang paling effisien.

Lagipula Indonesia punya banyak alternatif protein lain, ditambah dengan fakta konsumsi daging merah berlebihan tidak baik bagi kesehatan dan lingkungan sebenarnya tidak ada urgensi bagi pemerintah untuk membuat daging sapi jadi komoditas super-murah.

Sebenarnya kebijakan ini sangat tidak disukai publik Australia  yang berkali-kali mendorong larangan ekspor sapi hidup ke Indonesia. Narasi yang dibentuk adalah kekejaman hewan dalam proses penjagalan sapi di Indonesia yang dulu videonya sempat viral.

Namun apakah video itu hoax atau tidak, bahkan menjadi pertanyaan di Australia, sebagaimana dijelaskan dalam blog salah satu ahli biologi Australia Jennifer Marohasy dalam artikelnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun