Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY dan AHY Makin Remuk, Boroknya Dikuliti Sang Mantan

1 Maret 2021   15:54 Diperbarui: 1 Maret 2021   16:31 2276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa ini bisa terjadi? Seperti telah disinggung di atas, ini semua terjadi akibat kegenitan politik yang dilakukan SBY dan AHY. Mereka terlalu membesar-besarkan drama kudeta yang sebenarnya adalah KLB. Dan, ini adalah hal lumrah terjadi di tubuh partai politik.

Mungkin, SBY dan AHY atau bapak dan anak ini telah merasa menjadi pemilik partai, maka apapun yang dilakukan oleh mereka dalam kacamata keluarga Cikeas adalah hal wajar. Padahal, Partai Demokrat didirikan oleh banyak pihak, dan jika mengacu pada akta pendirian partai seperti yang banyak disampaikan oleh para pendirinya, nama SBY sama sekali tak tercantum sebagai pendiri partai, apapun alasannya saat itu.

Selain itu, SBY Family seolah menutup mata bahwa dalam sebuah partai atau organisasi modern apapun selalu akan ada faksi-faksi di dalamnya, sehingga kemungkinan untuk konflik itu ada dan biasa saja. Mestinya, saat konflik terjadi bisa diselesaikan secara internal tanpa harus melibatkan pihak luar, yang boleh jadi tidak paham isi dapur Partai Demokrat. 

Padahal, seperti ramai diberitakan banyak media, tanpa melibatkan pihak luar pun, di tubuh Partai Demokrat telah terjadi faksi-faksi yang boleh jadi tidak senang dengan gaya kepemimpinan AHY. Hal ini, sebenarnya yang bisa memicu konflik hingga akhirnya menguar ke publik. 

Akibatnya, SBY dan AHY boro-boro mendapatkan keuntungan dari kegenitannya tersebut. Yang ada, mereka berdua, khususnya AHY malah semakin kerdil di mata publik. Jangankan mampu menjadi pimpinan republik ini, untuk membereskan konflik internal partai pun dia kelabakan, hingga harus memaksa SBY sendiri yang turun gunung.

Benar kata Jhoni Allen Marbun, AHY tengah berada di puncak gunung tanpa melakukan pendakian sama sekali. Maka, wajar bila akhirnya ada pihak-pihak menilai, AHY itu terlalu dipaksakan untuk menjadi seorang ketua umum partai. AHY "dipaksa" duduk menjadi Ketum Demokrat hanya untuk melanggengkan kekuasaan Dinasti Yudhoyono di Partai Demokrat.

Kalau boleh berasumsi, boleh jadi kepemimpinan AHY inilah yang sebenarnya menjadi sumber masalah di Partai Demokrat. Narasi keterpilihan AHY yang disebut "aklamasi" dalam KLB sebelumnya itu menjadi tanda tanya besar. Pasalnya, apabila benar terpilih secara aklamasi, konflik yang terjadi saat ini kemungkinan kecil terjadi.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun