Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Memang Bisa "Jiper" pada Gibran

11 Februari 2021   17:31 Diperbarui: 11 Februari 2021   17:40 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, pastikan bahwa pertarungan Pilgub DKI tersebut head to head atau hanya ada dua pasangan calon. Antara Gibran dengan Anies. Bila ini terjadi, akan lebih mudah bagi tim sukses untuk menggiring masyarakat agar memilih Gibran.

Misalkan, pakai bumbu-bumbu kampanye negatif seperti gaungkan istilah ABA atau "Asal Bukan Anies". Bila istilah ini bisa merasuk pada masing-masing calon pemilih, otomatis tidak ada pilihan lain, kecuali Gibran itu sendiri. Keuntungan lain dari head to head yaitu sudah bisa dipastikan masyarakat yang tidak menyukai Anies akan lebih memilih Gibran. 

Beda halnya bila pasangannya lebih dari dua calon. Istilah tersebut di atas jelas tidak akan efektif. Sebab, masyarakat dihadapkan pada lebih dari satu pasangan calon lainnya. 

Kedua, memaksimalkan status Presiden Jokowi. Sebagaimana penulis sebut Gibran kalah segalanya oleh Anies. Modal dia hanya mendompleng nama besar dan power ayahnya. 

Dengan segala kekuasaannya, bisa saja Jokowi melobi kepada seluruh partai koalisi pemerintah untuk rapatkan barisan agar mendukung Gibran. Bila perlu, partai oposisi pun, seperti PAN atau Demokrat yang sikap politiknya masih abu-abu dirayu untuk mendukungnya. Sengaja tidak menyebut PKS. Pasalnya, partai ini memiliki ideologi kokoh, sehingga bakal sangat sulit untuk dilobi. 

Nah, bila hampir semua partai berhasil diborong, Anies praktis akan kesulitan untuk maju. Karena jika hanya mengandalkan PKS , jelas kursinya tidak cukup untuk mengusung pasangan calon. Diketahui, dari total 106 kursi DPRD Jakarta, PKS hanya mendapat 16. Jumlah ini tidak mencukupi ambang batas pencalonan sebesar 20 persen. 

Melihat peta politik seperti itu sangat wajar bila kemudian Anies Baswedan bakal merasa jiper melawan Gibran. Dan, pernyataan Arief bisa masuk akal juga. 

Meski begitu, rasanya bakal lebih baik bagi Gibran untuk lebih fokus menjadi Wali Kota Solo. Biarlah dia belajar lebih banyak dulu tentang berpolitik dan cara memerintah berikut pemecahan masalahnya. Seandainya kekeuh ingin memanfaatkan golden moment atas kekuasaan ayahnya, lebih baik maju pada Pilkada Jawa Tengah, yang digelar pada tahun 2023. 

Di sana, Gibran bakal mendapat beberapa keuntungan. Pertama, Jawa Tengah adalah basis tradisional PDI Perjuangan. Dengan begitu bakal lebih mudah menjual namanya ke masyarakat.

Kedua, Gibran setidaknya sudah mendapat bekal atau pelajaran berharga, lantaran telah dua tahun memerintah di Kota Solo. Dan, keuntungan ketiga, Ganjar Pranowo sebagai mantan gubernur wilayah setempat tentu bisa dimintai bantuan untuk meraih simpati publik. 

Demikian analisis sederhana penulis. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun